PPEMBAHASAN
A.
Teknik Sampling
Pemilihan teknik pengambilan sampel merupakan
upaya penelitian untuk mendapat sampel
yang representatif (mewakili), yang dapat menggambarkan populasinya. Teknik
pengambilan sampel tersebut dibagi atas 2 kelompok besar, yaitu :
1.
Teknik sampling probabilitas (probability
sampling)
Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel
yang memberikan peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap anggota populasi
untuk dipilih menjadi anggota sampel. Selain itu probability sampling merupakan pemilihan sampel yang tidak
dilakukan secara subjektif, dalam arti sampel yang terpilih tidak didasarkan
semata-mata pada keinginan si peneliti sehingga setiap anggota populasi
memiliki kesempatan yang sama (acak) untuk terpilih sebagai sampel. Dengan
demikian diharapkan sampel yang terpilih dapat digunakan untuk mendukung
karakteristik populasi secara objektif. Teknik probilitas ini bertujuan
mendapatkan data seakurat mungkin agar diketahui jarak pasti dari kondisi
ideal. (Asep, 2005).
Terdapat beberapa
metode dalam penarikan sampel probabilitas. Metode dalam penarikan sampel
probabilitas akan dijelaskan sebagai berikut:
1)
Sampel Acak Sederhana ( Simple Random Sampling)
Proses pengambilan
sampel dilakukan dengan memberi kesempatan yang sama pada setiap anggota
populasi untuk menjadi anggota sampel. Jadi disini proses memilih sejumlah
sampel n dari populasi N dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata
(tingkatan) (Rozaini, 2003). Hal ini dilakukan apabila anggota populasi
dianggap homogen (sejenis). Pengambilan sampel acak sederhana dapat dilakukan
dengan cara undian, memilih bilangan dari daftar bilangan secara acak, dsb
(Indriani, 2013).
Contohnya: Mahasiswa yang baru
masuk Perguruan Tinggi Negeri, mereka sama-sama tamatan SMA dan sama2 lulus ujian SPMB (seleksi
penerimaan mahasiswa baru). Disini dapat dikatakan bahwa populasi mahasiswa baru
tersebut homogen dari asal sekolah dan lulus ujian SPMB. Artinya kita mengambil
beberapa saja diantara mereka untuk sampel penelitian, dan yang mana saja,
karena kita telah beranggapan bahwa mereka mempunyai kedudukan yang sama dengan
kriteria yang sama.
2) Sampel
Acak Sistematik (Systematic Random Sampling)
Metode penarikan
sampel sistematik, yaitu dengan membagi populasi dengan ukuran sampel yang
diperlukan (n) dan sampel diperoleh dengan cara mengambil setiap subyek ke-n
(Asep, 2005).
Contohnya: Misalnya
setiap unsur populasi yang keenam, yang bisa dijadikan sampel. Soal
“keberapa”-nya satu unsur populasi bisa dijadikan sampel tergantung pada ukuran populasi dan ukuran sampel. Misalnya,
dalam satu populasi terdapat 5000 rumah. Sampel yang akan diambil adalah 250
rumah dengan demikian interval di antara sampel kesatu, kedua, dan seterusnya
adalah 25.
3)
Sampel Acak Berstrata (Stratified Random
Sampling)
Populasi dibagi
strata-strata, (sub populasi), kemudian pengambilan sampel dilakukan dalam
setiap strata baik secara simple random sampling, maupun secara systematic
random sampling (Rozaini, 2003). Pengambilan sampel dari anggota populasi
secara acak dan berstrata secara proporsional. Hal ini dilakukan apabila ada
anggota populasi yang tidak sejenis (heterogen) (Indriani, 2013).
Contohnya:
Seorang peneliti ingin melakukan studi dari
suatu populasi guru SMK yang jumlahnya 900 orang, sampel yang diinginkan adalah
10% dari populasi. Dalam anggota populasi ada tiga lapisan guru, mereka adalah
yang mempunyai golongan dua, golongan tiga, dan golongan empat. Dia ingin
memilih sampel dengan menggunakan teknik stratifikasi. Terangkan
langkah-langkah guna mengambil sampel dengan menggunakan teknik stratifikasi
tersebut.
Jawaban: Jumlah total populasi adalah 900
orang. Daftar semua anggota yang termasuk sebagai populasi dengan nomor
000-899. Bagi populasi menjadi tiga lapis, dengan setiap lapis terdiri 300
orang. Undilah sampel yang diinginkan 30% x 900 = 270 orang. Setiap lapis
mempunyai anggota 90 orang. untuk lapisan pertama gerakan penunjuk (pensil)
dalam tabel acak. Dan pilih dari angka tersebut dan ambil yang memiliki nilai
lebih kecil dari angka 899 sampai akhirnya diperoleh 90 subjek. Lakukan langkah
6 dan 7 untuk Iapis kedua dan ketiga sampai total sampel diperoleh jumlah 270
orang.
4)
Sampling Acak Tak
Berstrata (Disproportionate stratified random sampling)
Sampel diambil dari anggota populasi secara
acak dan berstrata tetapi ada sebagian data yang kurang proporsional
pembagiannya. Hal ini dilakukan apabila anggota populasi heterogen (Indriani,
2013).
5)
Sampel Acak Berkelompok (Cluster Sampling)
Pengambilan sampel
dilakukan terhadap sampling unit, dimana sampling unitnya terdiri dari satu
kelompok (cluster). Tiap item (individu) di dalam kelompok yang terpilih akan
diambil sebagai sampel (Rozaini, 2003).
Contohnya: Seorang peneliti hendak melakukan studi
pada populasi yang jumlahnya 4.000 guru dalam 100 sekolah yang ada. Sampel yang
diinginkan adalah 400 orang. Cara yang digunakan adalah teknik sampel secara
klaster dengan sekolah sebagai dasar penentuan logis klaster yang ada.
Bagaimanakah langkah menentukan sampel tersebut? Jawaban: Total populasi adalah
4.000 orang. Jumlah sampel yang diinginkan 400 orang. Dasar logis klaster
adalah sekolah yang jumlahnya ada 100. Dalam populasi, setiap sekolah adalah
4.000/100 = 40 guru setiap sekolah. Jumlah klaster yang ada adalah 400/40 = 10.
Oleh karena itu, 10 sekolah di antara 100 sekolah dipilih secara random. Jadi,
semua guru yang ada dalam 10 sekolah sama dengan jumlah sampel yang diinginkan.
6)
Sampel Area (Area sampling)
Teknik sampling yang dilakukan dengan cara
mengambil wakil dari setiap wilayah atau daerah geografis yang ada (Indriani,
2013).
Contoh:
Misalnya seorang marketing manajer sebuah stasiun TV ingin mengetahui tingkat
penerimaan masyarakat Jawa Barat atas sebuah mata tayangan, teknik pengambilan
sampel dengan area sampling sangat tepat.
Keuntungan pengambilan sampel dengan
probability sampling adalah sebagai berikut:
a. Besar sampel yang akan diambil dapat dihitung
secara statistik.
b.
Beda
penaksiran parameter populasi dengan statistik sampel, dapat diperkirakan.
c.
Tingkat ketelitian optimum dengan biaya minimum.
d. Tersedia metode untuk
menganalisa dan mengintepretasikan hasil analisis.
2.
Teknik sampling non-probabilistik (non-probability
sampling)
Teknik non-probilitas merupakan teknik yang
tidak memberikan peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel. Nonprobability sampling seringkali
menjadi alternatif pilihan dengan pertimbangan yang terkait dengan penghematan
biaya, waktu dan tenaga serta subjektifitas peneliti. Di samping itu
pertimbangan lainnya adalah walaupun probability sampling mungkin saja lebih
unggul dalam teori, tetapi dalam pelaksanaannya seringkali dijumpai adanya
beberapa kesalahan akibat kecerobohan dari si pelaksananya.
Dalam penggunaan non-probability sampling,
pengetahuan, kepercayaan dan pengalaman seseorang seringkali dijadikan
pertimbangan untuk menentukan anggota populasi yang akan dipilih sebagai
sampel. Pengambilan sampel dengan memperhatikan factor-faktor tersebut
menyebabkan tidak semua anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk
dipilih secara acak sebagai sampel. Dalam prakteknya terkadang ada bagian
tertentu dari populasi tidak dimasukkan dalam pemilihan sampel untuk mewakili
populasi.
Terdapat enam teknik pengambilan
teknik sampling non-probabilistik (Kurniawati,2010). Berikut ini adalah uraian
penjelasan dari ke enam teknik sampling non-probabilistik:
a) Systematic Sampling
Sampling sistematis ialah pengambilan sampel
didasarkan atas urutan dari populasi yang telah diberi nomor urut atau anggota
sampel diambil dari populasi pada jarak interval waktu, ruang dengan urutan
yang seragam.
Contohnya: “Para
pelanggan listrik nama-namanya sudah terdaftar dalam Bagian Pembayaran Listrik
berdasarkan lokasinya. Untuk pengambilan sampel tentang para pelanggan listrik,
secara sistematis dapat diambil melalui rayon pembayaran listrik.
b) Quota Sampling
Sampling kuota ialah
teknik penentuan sampel dari populasi yang mempunyai cirri-ciri tertentu sampai
jumlah (jatah) yang dikehendaki atau sampel yan didasarkan pada
pertimbangan-pertimbangan tertentu dari peneliti. Caranya dengan menetapkan
jumlah besar sampel yang diperlukan, kemudian menetapkan jumlah (jatah yang
diinginkan), maka jatah itulah yang akan dijadikan dasar untuk mengambil unit
sampel yang diperlukan.
Contoh : Misalnya, di sebuah kantor terdapat pegawai
laki-laki 60% dan perempuan 40% . Jika
seorang peneliti ingin mewawancari 30 orang pegawai dari kedua jenis kelamin
tadi maka dia harus mengambil sampel pegawai laki-laki sebanyak 18 orang
sedangkan pegawai perempuan 12 orang. Sekali lagi, teknik pengambilan ketiga
puluh sampel tadi tidak dilakukan secara acak, melainkan secara kebetulan saja.
c) Insidental Sampling
Sampling Insidental
ialah teknik penentuan sampel berdasarkan faktor spontanitas, artinya siapa
saja yang secara tidak sengaja bertemu dengan peneliti dan sesuai dengan
karakteristik (ciri-cirinya), maka orang tersebut dapat digunakan sebagai
sampel (responden).
d) Purposive Sampling
Purposive sampling
dikenal juga dengan sampling pertimbangan. Purposive sampling ialah teknik
sampling yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai
pertimbanngan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya atau
penentuan sampel untuk tujuan tertentu. oleh karena itu, sampling ini cocok
untuk studi kasus yang mana aspek dari kasus tunggal yang representatif diamati
dan dianalisis.
Contoh : Misalnya
dalam suatu perusahaan untuk memperoleh data tentang bagaimana satu proses
produksi direncanakan oleh suatu perusahaan, maka manajer produksi adalah orang
yang terbaik untuk bisa memberikan informasi bagi perusahaan tersebut
e) Sampling
Jenuh
Teknik penentuan
sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering
dilakukan bila jumlah populasi relative kecil, kurang dari 30 orang, atau
penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil.
f) Snowball
Sampling
Snowball sampling
yaitu teknik sampling yang semula berjumlah kecil kemudian anggota sampel
(responden) mengajak para temannya untuk dijadikan sampel dan seterusnya
sehingga jumlah sampel semakin membenngkak jumlahnya. Seperti bola salju yang sedang
menggelinding semakin jauh semakin membesar. Penelitian yang cocok menggunakan
sampling ini biasanya menggunakan metode penelitian kualitatif.
B. Penentuan Jumlah Sampel
Penentuan jumlah
sampel ialah menentukan jumlah sampel yang dipergunakan dalam penelitian,
sedemikian rupa sehingga dapat mewakili (representatif). Terdapat tiga macam
cara dalam menentukan jumlah sampel, yaitu:
1. Konsep Slovin
Salah satu cara menentukan besaran
sampel yang memenuhi hitungan itu adalah yang dirumuskan oleh Slovin (Steph Ellen, eHow Blog, 2010;
dengan rujukan Principles and Methods of Research;
Ariola et al. (eds.); 2006) sebagai berikut :
n = N ( 1 + N e2 )
Dimana
: n = Number of
samples (jumlah sampel)
N = Total population (jumlah seluruh anggota
populasi)
e = Error tolerance (toleransi terjadinya galat;
taraf signifikansi; untuk social
dan pendidikan lazimnya 0,05)
Dalam
menggunakan rumus Slovin, yang harus dilakukan pertama kali adalah dengan
menetapkan taraf keyakinan atau confidence level (…%)
akan kebenaran hasil penelitian, atau taraf signifikansi toleransi
kesalahan (0, …) terjadi.
o Misalnya, taraf keyakinan 95%, yaitu yakin
bahwa 95% hasil penelitian benar, atau taraf signifikansi 0,05 (hanya akan ada
5% saja kesalahan karena “kebetulan benar” terjadi).
o Sebagai contoh, Jika yang akan kita
teliti itu sebanyak 1.000 orang karyawan, dan taraf signifikansinya 0,05, maka
besarnya sampel menurut rumus Slovin ini akan menjadi:
n
= N ( 1 + N e2 )
= 1.000 (1 + 1.000 x 0,05 x 0,05)
= 286 orang.
Rumus Slovin ini tentu mempersyaratkan
anggota populasi (populasi) itu diketahui jumlahnya (simbulnya N), dapat
disebut populasi terhingga. Jika populasi tidak diketahui jumlah anggotanya
(populasi tak terhingga), maka rumus ini tak bisa digunakan. Lebih-lebih jika
populasinya tak jelas (tidak diketahui keberadaannya, apalagi jumlahnya,
misalnya nikah siri. Teknik sampling yang digunakan pun tentu tak bisa teknik
yang bersifat random (“probability sampling”), harus
menggunakan teknik yang sesuai (quota, purposive, snowball,
accidental dsb).
2.
Tabel Cohen Manion dan Morrison
Tabel Cohen Manion dan Morrison (satu tabel
dengan tiga penulis) ini cukup menarik, karena:
1)
Pertama,
penentuan populasi yang diprediksi dalam pengambilan sampelnya hingga 1 juta
anggota populasi.
2)
Kedua,
tabel ini merinci Taraf Keyakinan penelitian dari 90%, 95% dan 99% yang
masing-masing taraf memiliki jumlah sampel berbeda.
3)
Ketiga,
tabel ini pun merinci Interval Keyakinan penelitian (alpha) yaitu dari 0,1,
0,05, hingga 0,01. Baiklah, tabel tersebut adalah sebagai berikut:
Perhatikan tabel di atas. Paling kiri
terdapat kolom populasi. Kolom kedua berisikan Taraf Keyakinan penelitian 90%
yang berisi subkolom (dari kiri ke kanan) alpha 0,1, 0,05, dan 0,01. Kolom
ketiga berisikan Taraf Keyakinan penelitian 95% yang terdiri atas subkolom
(dari kiri ke kanan) alpha 0,1, 0,05, dan 0,01. Kolom keempat berisikan Taraf
Keyakinan penelitian 99% yang terdiri atas subkolom (dari kiri ke kanan) alpha
0,1, 0,05, dan 0,01. Bagaimana cara menggunakannya? Caranya cukup mudah.
o Misalnya seorang peneliti bernama Sutarno
menemukan bahwa populasi target penelitiannya berjumlah 7.500 orang. Taraf
Keyakinan penelitian yang diterapkan Sutarno pada
penelitiannya adalah 95% dengan alpha 0,01. Dengan demikian sampel penelitian
yang harus diambil Sutarno adalah 934. Semakin tinggi taraf
keyakinan maka semakin tinggi pula sampel yang harus diambil. Mudah bukan?
Referensi:
[1] Louis Cohen, Lawrence Manion, and Keith
Morrison, Research Methods in Education, Sixth Edition (Oxon:
Routledge, 2007) p. 104.
Sumber: hariscompwt.blogspot.com
3.
Tabel Krejcie-Morgan
Bentuk Tabel Krejcie-Morgan sangat sederhana,
mudah digunakan, sebab secara fungsional hanya terdiri dari dua kolom penting
yaitu kolom untuk ukuran populasi (N) dan kolom untuk ukuran sampel (n).
Sayangnya pada buku-buku metodologi penelitian maupun statistika yang mengutip
karya Krejcie dan Morgan tersebut sering tidak mencantumkan keterangan yang
rinci. Misalnya dalam buku yang ditulis oleh Sugiyono (2001) tidak diperoleh
suatu keterangan mengenai:
(1)
Apakah tabel tersebut ditujukan untuk penelitian yang mengukur ratarata, total,
proporsi populasi, atau yang lainnya.
(2)
Bagaimana bentuk dan berapa besarnya nilai keragaman yang dimasukan dalam
perhitungan untuk membuat tabel tersebut, apakah varians (s2) atau keragaman
proporsi P(1-P).
(3)
Berapa nilai galat pendugaan (d) yang akan tolelir dan digunakan untuk
melakukan pendugaan parameter populasi.
(4)
Keterangan yang ada hanya menyatakan tingkat keandalannya 95%, artinya
menggunakan a=0,05 yang dipakai untuk mengetahui nilai Chi kuadrat pada derajat
bebas db=1. Agar dapat menjawab secara gamblang, bagaimana caranya Tabel
Krejcie-Morgan dibuat, mau tidak mau harus ditelusuri dari rumus dasarnya.
Penelusuran yang penulis lakukan terhadap
sumber aslinya, pada akhirnya dapat menemukan rumus yang digunakan oleh Krejcie
dan Morgan seperti tergambarkan dalam rumus (2) berikut ini:
Rumus
Krejcie dan Morgan: n = X2.N.P(1-P) -----------------(2)
(N-1).d2+X2.P(1-P)
dimana:
n =
ukuran sampel
N =
ukuran populasi
c2 =
nilai Chi kuadrat
P =
proporsi populasi
d =
galat pendugaan
n= X2.N.P(1-P)
(N-1)d2+X2.P(P-1)
n=
3,84XN(0,5x0,5)
(N-1)0,0052 +
3,841(0,5x0,5)
n=
3,841XN(0,5)
(N-1)0,0025 + 3,841 (0,25)
Berdasarkan pada
perhitungan di atas, dapat diketahui beberapa keterangan mengenai Tabel
Krejcie-Morgan sebagai berikut:
(1)
Tabel Krejcie-Morgan dapat dipakai untuk menentukan ukuran sampel, hanya jika
penelitian bertujuan untuk yang menduga proporsi populasi.
(2)
Asumsi tingkat keandalan 95%, karena menggunakan nilai c2 = 3,841 yang artinya
memakai a=0,05 pada derajat bebas 1.
(3)
Asumsi keragaman populasi yang dimasukkan dalam perhitungan adalah P(1-P),
dimana P=0,5.
(4)
Asumsi nilai galat pendugaan 5% (d=0,05).
C.
Distribusi Sampel
Distribusi sampling
adalah distribusi dari mean-mean yang diambil secara berulang kali dari suatu
populasi. Bila pada suatu populasi tak terhingga dilakukan pengambilan sampel
secara acak berulang-ulang hingga semua sampel yang mungkin dapat ditarik dari
populasi tersebut. Sampel yang diambil dari populasi terbatas dan sebelum
dilakukan pengambilan sampel berikutnya sampel unit dikembalikan kedalam
populasi.
Untuk mempelajari
populasi kita memerlukan sampel yang diambil dari populasi yang bersangkutan.
Meskipun kita dapat mengambil lebih dari sebuah sampel berukuran n dari sebuah
populasi berukuran N, pada prakteknya hanya sebuah sampel yang biasa diambil
dan digunakan untuk hal tersebut. Sampel yang diambil ialah sampel acak dan
dari sampel tersebut nilai-nilai statistiknya dihitung untuk digunakan
seperlunya. Untuk ini diperlukan sebuah teori yang dikenal dengan nama
distribusi sampling. Distribusi sampling biasanya diberi nama bergantung pada
nama statistik yang digunakan.
Macam-macam
distribusi sampel:
a. Distribusi normal
Distribusi
normal merupakan distribusi dengan variabel acak kontinu dan merupakan
distribusi yang sangat dominan.
Distribusi normal sering disebut sebagai distribusi Gauss.
Jika variabel acak kontinu mempunyai fungsi densitas pada
X = x dengan persamaan :
F(x) =
Dimana : π = 3,1416
e
= 2,7183
μ = parameter merupakan rata-rata
untuk distribusi
σ = parameter merupakan simpangan
baku untuk distribusi
nilai x : - , maka dikatakan variabel acak X berdistribusi normal.
Apabila = 1 dan = 0, maka diperoleh distribusi standar.
Fungsi identitasnya :
F(z) =
Untuk Z ; - < Z <
Mengubah distribusi normal umum, menjadi distribusi
normal standar dapat ditempuh dengan menggunakan transforamsi:
Z = ;
Dimana μ = rata-rata dan σ = deviasi standar
Untuk m = 0 dan s = 1
Kurva normal mempunyai sifat-sifat antara lain:
- bentuknya simetrik terhadap sumbu x = m
- grafiknya selalu ada di atas sumbu datar x
- grafiknya mendekati (berasimtutkan) sumbu datar x
dimulai dari x = m - 3s kekanan sampai m + 3s
- mempunyai satu modus, jadi kurga unimodal, tercapai
pada x = m sebesar
- luas daerah grafik selalu sama dengan satu unit
persegi hubungan sifat yang kelima dengan rumus:
f (x) = , adalah:
. Untuk menentukan peluang harga X antara a dan b, yakni P (a
< X < b), digunakan rumus:
P (a < X < b) = dk, untuk penggunaan rumus ini tak perlu dipakai, karena
telah ada daftar yang dimaksudkan.
Setelah kita memiliki distribusi normal baku yang di
dapat dari distribusi normal umum dengan transformasi, maka daftar distribusi
normal baku dapag digunakan. Dengan daftar ini, bagian-bagian luas dari
distribusi normal baku dapat dicari. Caranya adalah:
- hitung Z
hingga dua desimal
- gambarkan
kurvanya
- letakkan harga Z pada sumbu datar, lalu tarik garis
vertikal hingga memotong kurva.
- luas yang tertera dalam daftar adalah luas daerah
antara garis ini dengan garis tegak dititik nol.
- dalam daftar, cari tempat harga Z pada kolom paling
kiri hanya hingga satu desimal dan desimal keduanya dicari pada baris
paling atas.
- dari Z di kolom kiri maju kekanan dan dari Z di
baris atas turun ke bawah, maka didapat bilangan yang merupakan luas yang
dicari.
Bilangan yang di dapat ditulis dalam bentuk 0, xxxx
(empat desimal) karena seluruh luas = 1 dan kurva simetrik terhadap m = 0, maka luas dari
garis tetak pada titik nol kekiri ataupun kekanan adalah 0,5.
Contoh:
Penggunaan daftar normal baku.
Akan
dicari luas daerah:
- antara z = 0 dan z
= 2,26
Di baah Z pada kolom
kiri cari 2,2 dan di atas sekali angka 6. Dari 2,2 mamu ke kanan
dan dari 6 menurut didapat 4881 luas daerah yang dicari 0,4881
- antara z =
0 dan z = -2,26
Di bawah Z pada kolom
kiri cari 2,2 dan diatas sekali angka 6. dari 2,2 maju ke kanan dan dari 6
menurun di dapat 4881 luas daerah yang dicari 0,4881
- anara z = -1,50 dan z = 1,26 dari grafik terlihat
kita perlu mencari luas daerah dua kali, lalu dijumlahkan dengan cara
seperti no. 1
untuk z = 1,5 didapat 0,4332
untuk z = 1,26
didapat 0,3962
jumlah = luas yang dicari
= 0,8294
- Berat bayi yang baru lahir rata-rata 3.750 gram
dengan simpangan baku 325 gram. Jika berat bayi
berdistribusi normal, maka tentukan:
a.
ada berapa bayi yang beratnya lebih dari 4500 gram?
b.
Ada berapa bayi yang beratnya antara 3500 gram dan
4500 gram, jika semua ada 10.0000 bayi?
c.
Berapa bayi yang beratnya lebih kecil atau sama dengan 40000 gram, jika semuanya
ada 10.000 bayi
d.
Ada berapa bayi yang beratnya 4250 gram jika
semuanya ada5000 bayi?
Penyelesaian:
Dengan X = berat bayi dalam gram, m =rerata berat bayi
dalam gram, m = 3750 gram, s = 325 gram, maka:
a. untuk X = 4500
Z =
gram, pada grafiknya ada
di sebelah kanan z = 2,31 luasnya
0,4896 , luas daerah
lebih besar 2,31 luas daerah ini
= 0,5 – 0,4896 = 0,0104.
jika ada 1.04% dari bayi yang beratnya lebih dari 4500 gram
b.
dengan X = 3500 dan 4500 gram di
dapat Z = dan Z = 2,31
Luas daerah yang
dibatasi anara --0,77 sampai 2,31 adalah jumlah dari 0,2794 dengan 0,4896 =
0,7690.
Banyaknya bayi yang
beratnya antara 3500 gram sampai 4500 gram adalah = 0,7690 x 10000 =7690
c.
Bayi yang beratnya lebih kecil atua sama dengan
4000 gram, maka beratnya harus lebih kecil dari 4000,0 gram Z = peluang bayi yang
lebih kecil atau sama dengan 4000 gram = 0,5 – 0,2794 = 0,2206 banyaknya
bayi = (0,2206) x 10,000 = 2,206
d.
Berat 4250 gram berarti berat antara 4249,5 gram dan 4250,5 gram.
Jadi untuk X = 4249,5
dan X = 4250,5 didapat:
Z =
Z =
Maka luas daerahnya
adalah 0,4382 – 04370 = 0,0012
Banyaknya bayi =
0.0012 x 5000 = 6
Ada 3 macam distribusi yang dapat menunjukan variasi
dari datanya.ketiga data tersebut adalah:
1. Leptokurtik, kurve distribusi ini menyempit pada bagian
pucaknya atau mendekati runcing. Keadaan ini menunjukkan bahwa frekuensi cenderung
tertumpuk pada daerah sekitar nilai mean atau menunjukkan hanya sedikit
frekuensi yang menyebar lebih jauh dari nilai tendensi pusat.
2. Mesokurtic adalah distribusi data yang berada
diantara leptokurtic dan platykurtic,dimana tidak terlalu lancip dan tidak
terlalu landai.
3. Platikurtik, kurve
distribusi ini agak mendatar (tumpul) pada bagian puncak, yang menunjukkan
adanya frekuensi agak tersebar merata pada seluruh kelas, kecuali pada beberapa
kelas dari bagian pertama dan terakhir.
b.
Distribusi Platykurtic adalah sebuah jenis
distribusi statistik di mana titik-titik di sepanjang sumbu X sangat tersebar,
sehingga puncak yang lebih rendah (kurtosis rendah) dari kelengkungan ditemukan
dalam distribusi normal. Puncak rendah ini, dengan sesuai ekor tipis, berarti
distribusi kurang berkerumun di sekitar rata-rata daripada di distribusi
mesokurtis atau leptokurtik. Platikurtik berasal dari awalan "platy" yang
berarti "luas," menyerupai bentuk - datar, lebar atau luas. Sebuah
distribusi adalah platikurtik ketika kelebihan nilai kurtosis negatif.
Sumber: Barnard.edu
INVESTOPEDIA MENJELASKAN
'PLATIKURTIK'
Datar hasil Bentuknya platikurtik distribusi ini dari variasi yang besar
dalam pengamatan. Investor dapat
mempertimbangkan kurtosis pengembalian aset ketika mengevaluasi potensi
investasi, karena distribusi nilai dapat memberikan perkiraan risiko aset. Sebuah
distribusi platikurtik menunjukkan awam cukup seragam dari data, dan kembali
mengikuti distribusi ini akan memiliki fluktuasi besar kurang dari aset
menampilkan normal atau leptokurtik distribusi. Hal ini
membuat investasi kurang berisiko. Pengembalian
ekuitas umumnya dianggap lebih dekat dengan distribusi leptokurtik daripada
distribusi normal atau platikurtik. Jika
pengembalian pasar lebih platikurtik, acara-acara seperti angsa hitam akan
lebih kecil kemungkinannya untuk terjadi, karena jenis outlier kurang cenderung
jatuh dalam ekor pendek distribusi platikurtik ini. Investor konservatif
akan lebih nyaman berhubungan dengan investasi dengan
distribusi pengembalian platikurtik.
c.
Distribusi Leptrokurtik
Sebuah distribusi statistik di mana
titik-titik di sepanjang sumbu X ini terkelompok, menghasilkan puncak yang
lebih tinggi (kurtosis yang lebih tinggi) dibandingkan dengan kelengkungan
ditemukan dalam distribusi normal. Ini puncak tinggi dan sesuai ekor lemak
berarti distribusi lebih berkerumun di sekitar rata-rata daripada di distribusi
mesokurtis atau platikurtik, dan akan memiliki standar deviasi yang relatif
lebih kecil. Sebuah distribusi adalah leptokurtik ketika nilai kurtosis
adalah positif besar. Awalan "lepto" berarti "tipis,"
seperti bentuk puncaknya.
INVESTOPEDIA MENJELASKAN
'LEPTOKURTIK'
Ketika menganalisis kembali sejarah, kurtosis membantu
mengukur tingkat aset yang risiko. Sebuah distribusi leptokurtik berarti
bahwa perubahan kecil terjadi lebih jarang karena nilai-nilai sejarah telah
berkerumun oleh mean. Namun, ini juga berarti bahwa fluktuasi besar lebih
mungkin dalam ekor gemuk.
Leptokurtosis dapat berdampak bagaimana analis
memperkirakan value at risk (VaR). Seorang investor menggunakan distribusi
normal untuk memperkirakan VaR akan melebih-lebihkan pada tingkat rendah
signifikansi, tapi akan melebih-lebihkan pada tingkat tinggi penting jika
distribusi pengembalian leptokurtik. Ini adalah hasil dari distribusi
leptokurtik memiliki ekor gemuk. Ekor lemak berarti risiko yang berasal
dari peristiwa outlier dan pengamatan ekstrim jauh lebih mungkin
terjadi. Oleh karena itu, investor konservatif mungkin akan menghindari
jenis distribusi pulang.
d.
Distribusi t-student
Distribusi Student atau distribusi t, ialah Distribusi dengan
variabel acak kontinu lainnya, selain daripada distribusi normal dengan fungsi
densitasnya adalah :
Untuk harga-harga n yang besar, biasanya n ≥ 30, distribusi t mendekati distribusi normal baku.
Untuk harga-harga n yang besar, biasanya n ≥ 30, distribusi t mendekati distribusi normal baku.
Distribusi dengan
variabel acak kontinu lainnya, selain dari distribusi normal, ialah distribusi
student atau distribusi t.
Rumus : t =
Dimana:
= Rata-rata sampel
m = rata-rata populasi
s =
simpang baku, populasi
Maka di dapat distribusi harga t dengan persamaan:
f (t) =
dimana:
K = merupakan bilangan tetap yang besarnya
bergantung pada n sedemikian hingga luas daerah di bawah kurwa sama dengan satu
unit.
(n – 1) = m = derajat kebebasan, biasa disingkat dengan dk
Bentuk grafiknya
seperti distribusi normal baku simetrik terhadap t = 0, sehingga sempitas lalu
hampir tak ada bedanya. Untuk harga n yang besar, biasanya > 30,
distribusi t mendekati distribusi normal.
Untuk perhitungan-perhitungan, daftar distribusi t sudah disusun dalam
daftar. Distribusi ini ditemukan oleh Gosse t yang menggunakan nama samaran
“student”
Contoh:
Untuk n = 20, tentukan t supaya luas daerah antara t
dengan t = 0,9.
Dari grafik dapat dilihat bahwa luas luas ujung kiri dan
luas ujung kanan = 1-0,90 = 0,10
Kedua ujung luasnya sama, mulai dari t kekanan luasnya =
0,05, mulai dari t kekiri luasnya = 1-0,05 = 0,95.
Jadi untuk m= n-1 = 20 – 1 = 19 dan P = 0,95 didapat harga t = 1,73
Jadi antara t = -1,73 dan t = 1,73 luasnya = 0,90
e.
Distibusi Fisher
Jika S12 dan S22
adalah varian-varians dari sampel-sampel acak independen dengan besar berturut-turut n1 dan n2 yang
berasal dari populasi-populasi normal dengan varians-varians s12 dan s22, maka distribusi
sampling harga S12/ S22 berbentuk
distribusi F dengan derajat kebebasan: dk1 = v1 = n1
– 1; dk2; v2 = n2 – 1, Distribusi F ini juga
mempunyai variabel acak yang kontinu.
Fungsi densitasnya mempunyai persamaan:
f (F) = K
dengan variabel acak F memenuhi batas F > 0, K =
bilangan tetap yang harganya bergantung pada v1 dan v2,
sedemikian hingga luas di bawah kurva sama dengan satu. Kurva distribusi F tidak simetrik dan
umumnya sedikit positif.
Tabel distribusi F terdapat pada lampiran, daftar
tersebut berisikan nilai-nilai F untuk peluang 0,01 dan 0,05 dengan dk v1
dan v2. Peluang ini sama dengan luas daerah ujung kanan yang
diarsir, sedangkan dk = v1 ada pada baris paling atas dan dk = v2
pada kolom paling kiri untuk stiap pasang dk v1 dan v2.
Daftar berisikan
harga-harga F dengan kedua luas daerah ini (0,01 atau 0,05). Untuk tiap dk = v2,
daftar terdiri atas dua baris yang atas untuk peluang P = 0,05 dan yang bawah
untuk P = 0,01.
Contoh:
Untuk pasangan dk, v1 = 8 dan v2
= 29 ditulis juga (v1, v2) = 8,29), maka untuk P = 0,5
didapat F = 2,28 dan 3,20 untuk P = 0,01.
Meskipun daftar yang diberikan hanya untuk peluang P
= 0,01 dan P = 0,05, tetapi sebenarnya masih bisa didapat nilai-nilai F dengan
peluang 0,99 dan 0,95 digunakan hubungan:
F(1-P) (v1, v2) =
Dalam rumus di atas
perhatikan antara P dan 1-P dan pertukaran antara dk (v1, v2)
menjadi (v1, v2)
Contoh:
Telah didapat F0,05(8,29)
= 2,28
Maka F0,095
(8,29) =
Telah didapat F0,01
(29,8) = 3,20
Maka F0,099(29,8) =
f.
Distribusi
Chi-kuadrat
Distribusi chi kuadrat merupakan distribusi dengan variabel acak
kontinu. Simbul yang dipakai ialah
χ2.
apabila besar sampel n dan varians s2,
maka : χ2 = dan didapat
distribusi sampling χ2
untuk memudahkan menulis, dan harga u > 0, v = (n-1) = derajat
kebebasam K bilangan tetap yang bergantung pada v, sedemikian sehingga luas
daeah di bawah kurva sama dengan satu satuan luas dan e = 2,7183.
Grafik distribusi x2 umumnya
merupakan kurva positif yaitu miring kekanan, makin berkurang kemiringannya
jika v makin besar.
Contoh:
Gambar di bawah distribusi x2 dengan n = 10
a.
Luas
daerah yang diarsir sebalah kanak = 0,025, hitung X12
b.
Luas
daerah yang diarsir sebelah kiri = 0,05, hitung X12
Jawab:
v = (n-1) = 10 – 1
= 9; P = 1 – 0,25 = 0,975, dicari pada tabel di dapat X21
= 19,0
v = (n – 1) = 10 –
1 = 9; P = 1 – 0,05 = 0,95 dicari pada tabel
didapat X12
Catatan :
Karena distribusi X22
tidak simetrik, luas ujung-ujung daerah yang diarsir bila diketahui jumlahnya,
maka luas daerah ujung kiri yang diarsir dan luas daerah ujung kanan harganya
dapat berbeda-beda. Dalam beberapa hal, kecuali dinyatakan lain, biasa diambil
luas daerah ujung kanan yang diarsir sama dengan luas daerah ujung kiri yang
diarsir.
Beberapa manfaat dari distribusi chi-kuadrat, yaitu
antara lain :
1.
Untuk
menguji apakah frekuensi yang diamati berbeda secara signifikan dengan
frekuensi teoritis atau frekuensi yang diharapkan.
2.
Untuk
menguji kebebasan (independensi antar faktor dari data dalam daftar kontingensi
3.
Untuk
menguji apakah data sampel mempunyai distribusi yang mendekati distribusi
teoritis tertentu atau distribusi hipotesis tertentu (distribusi populasi),
seperti distribusi binomial, distribusi poisson, dan distribusi normal.
Daftar
Referensi
Assaf,
Al. 2009. Mutu pelayanan kesehatan perspektif internasional. Jakarta:Penerbit
Buku
Kedokteran
Furqan, M. Al. (2012). Teknik sampling (metodologi penelitian). Diakses dari
Hermawan,
Asep. 2005. Penelitian bisnis pradigma kuantitatif. Jakarta:PT. Grasindo.
Indriani, Gita. (2013). Populasi, sampel, dan teknik sampling. Diakses dari:
04 Oktober 2014
Kusniati, Rina. (2010). Metodologi penelitian. Diakses dari
04
Oktober 2014.
Margiyati. Bab V:
Momen kemiringan dan kurtosis. Diakses dari
Pacifista, Asma. Distribusi
sampling. Diakses dari
04 Oktober 2014
Ramadhan,
Fajri. (2013). Teknik sampling
probabilitas dan non-probabilitas. Diakses
dari
http://fajri-fafa.blogspot.com/2013/11/teknik-sampling-probabilitas-dan-non.html. 05 Oktober
2014.
Rozaini, Nasution. (2003). Teknik sampling. Diakses dari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar