BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang masalah
Pendidikan sekolah dasar merupakan suatu proses yang
bukan sekedar memberikan bekal secara intelektual dasar dalam membaca,
menulis,dan berhitung saja melainkan juga proses mengembangkan kemampuan dasar
peserta didik secara optimal dalam setiap aspek baik dalam intelektual,sosial,
maupun personal untuk dapat melanjutkan pendidikan disetiap jenjangnya ( Taufiq
(2011:17).
Kesulitan
belajar khusus/spesifik adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih proses
psikologi yang mencangkup pemahaman dan penggunaan bahasa ujuran atau tulisan.
Gangguan tersebut mungkin menampakan diri dalam bentuk kesulitan mendengarkan,
berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau berhitung. Kesulitan belajar juga
lebih didefinisikan sebagai gangguan perseptual, konseptual, memori,
maupun eksresif didalam proses belajar (Soemantri ( 2007: 195)
Disleksia merupakan ketidakcakapan membaca, adalah jenis
lain gangguan belajar. Pada dunia pendidikan dalam mengidentifikasi anak-anak
berkecerdasan moral yang mengalami kesulitan berkompetisi dengan temannya di
sekolah. Keterbatasan yang dimiliki oleh
Iksaan adalah beberapa gejala anak-anak yang memiliki kebutuhan yang khusus,
dimana jika kita lihat anak ini mudah sekali kehilangan konsentrasinya dan juga memiliki fanntasi-fantasi yang
berlebihan. Isaan juga mengalami kelakuan yang tidak seharusnya ia alami,
persepsi yang ada pada kebanyakan orang juga akan menghasilakan suatu
rangsangan pada individu baik secara positif maupun negatif. Seorang guru
adalah seorang yang mampu memberikan contoh yang baik bagi anak agar memiliki
kepribadian yang berkualitas.
B. Rumusan
Masalah
1. Apakah
pengertian dari disleksia ?
2. Apa saja
ciri-ciri dari disleksia ?
3. Apa saja
faktor penyebab disleksia ?
4. Bagaimana
cara pendampingan anak disleksia ?
C. Tujuan
1.
Menggetahui
pengertian disleksia
2.
Mengetahui
ciri-ciri gangguan disleksia
3.
Mengetahui
faktor penyebab disleksia
4.
Mengetahui
cara memdampingi anak-anak mengalami gangguan disleksia.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Disleksia
Kata disleksia
dari bahasa Yunani yang berarti kesulitan membaca. Nama-nama lain yang menunjuk
kesulitan belajar membaca, yaotu corrective readers dan remidal readers,
sedangkan kesulitan membaca yang berat disebut aleksia. Istilah disleksia
banyak digunakan dalam dunia kedokteran.Bryan dalam (Abdulrahamn 2010: 204) mendefinisikan disleksia sebagai
suatu sindroma kesulitan dalam mempelajari komponen-komponen kata dan kalimat,
mengintregasikan komponen-komponen kata dan kalimat dan belajar segala sesuatu
yang berkenaan dengan waktu, arah, dan masa yang menunjuk pada adanya gangguan
pada fungsi otak.
Hornsby
dalam (Abdulrahman, 2010 :
204) mendefinisikan disleksia tidak hanya kesulitan belajar membaca tetapi juga
menulis.Menurut Hornsby kesulitan tersebut dapat dipahami karena ada kaitan
yang erat antara membaca dan menulis.Sebab anak yang berkesulitan belajar
membaca umumnya juga kesulitan menulis.Oleh karena itu, kesulitan belajar
membaca dan menulis tidak dapat dilepaskan kaitanya dengan kesulitan bahasa,
karena semua itu merupakan komponen sistem komunikasi yang terintegrasi.
Disleksia sebagai sindroma kesulitan dalam mempelajari
komponen-komponen kata dan kalimat, mengitregasikan komponen-komponen kata dan
kalimat serta dalam belajar segala sesuatu yang berkenaan dengan waktu, arah,
dan masa yang menunjuk pada adanya gangguan pada fungsi otak (Abdulrahman:
2010)
Karakteristik
anak disleksia: Disleksia
termasuk salah satu karakteristik yang dimiliki oleh anak kesulitan belajar dan
masuk dalam kategori maslah prestasi akademis. Misalnya pertama mengalami
kesulitan dalam mengubah bahasa tulisan dalam mengubah bahasa lisan, misalnya
dalam film Ishan kesulitan menyebutkan huruf-huruf yang membentuk kata ………
Pembalikan
huruf terjadi karena anak bingung posisi kiri-kanan, atau atas bawah.
Pembalikan terjadi terutama pada huruf-huruf yang hamper sama seperti “d dengan b, p dengan q atau g, dan m dengan
w”.
Dan
kedua yaitu kelancaran (reading fluency) adalah kemampuan untuk mengenali kata
demi kata dengan cepat, membaca kalimat atau wacana yang lebih panjang, dan
dapat dengan mudah menghubungkannya.Serta aspek yang ketiga adalah memahami
arti bacaan..
Disleksia
atau kesulitan membaca dalah kesulitan untuk memaknai symbol, huruf, dan angka
melalui prepesi visual dan auditoris. Hargrove dalam Abdulrahman (2010:206)
mendefinisikan kesalahan dalam membaca yang disebut juga disleksia dengan
2.
Ciri- Ciri Disleksia:
Disleksia
atau kesulitan membaca dalah kesulitan untuk memaknai symbol, huruf, dan angka
melalui prepesi visual dan auditoris. Hargrove dalam Abdulrahman (2010:206)
mendefinisikan kesalahan dalam membaca yang disebut juga disleksia dengan,
·
Penghilangan
kata atau huruf,sering dilakukan oleh anak berkesulitan belajar membaca karena
adanya kekurangan dalam mengenal huruf atau kata, dan biasanya terjadi pada
pertengahan atau ahkir kata atau kalimat. Serta adanya penghilangan tersebut
adalah karena anak menggap huruf atau kata yang dihilangkan tersebut tidak
diperlukan.
Contoh :
·
Penyelipan kata, terjadi karena anak
kurang mengenal huruf, membaca terlalu cepat, atau karena bicaranya melampui
kecpatan membacanya.
·
Pengantian kata meruapakan kesalahan
yang banyak terjadi. Hal tersebut disebabkan kareana anak tidak memahami kata
tersebut sehingga hanya menerka-nerka.
·
Pengucapan kata salah, terdiri dari tiga
maca, yaitu pertama pengucapan kata salah makna berbeda, kedua pengucapan kata
slah makna sama, dan yang ketiga pengucapan kata salah tidak bermakna. Keadaan
semacam ini dapat terjadi karena anak tidak mengenal huruf sehingga
menduga-duga saja, dan mungkin karena terlalu cepat, serta perasaan tertekan
atau takut kepada guru.
·
Pengucapan kata dengan bantuan guru
terjadi jika guru ingin membantu anak menghafalkan kata-kata
·
Pengulangan dapat terjadi pada kata,
suku kata atau kalimat. Contoh : “bab-ba-ba-bapak menulis su-su rat”
pengualngan terjadi mungkin karena kurang mengenal huruf sehingga harus
memperlambat membaca sambil mengingat-ingat nama huruf yang kurang dikenal tersebut.
·
Anak yang ragu-ragu terhadap
kemampuannya sering membaca dengan tersendat-sendat. Anak yang ragu-ragu dalam
membaca juga sering disebabakananak kurang mengenal huruf atau karena
kekurangan pemahaman.
·
Huruf-huruf
soleh-olah bergerak dan menari-nari
Menurut
Koswara (2013:23) karakteristik anak yang mengalami kesulitan membaca disleksia
adalah sebagai berikut :
a. Memiliki
kekurangan dalam diskriminasi penglihatan biasanya ditunjukkan dengan sering
tertukarnya antara huruf yang hamper sama misalnya “b dan d, p dan q.
b. Tidak
mampu menganalisis kata menjadi huruf, anak mengalami kesulitan menguraikan
satu kata menjadi huruf secara verbal, mislanya kata “baju” anak mengalami
kesulitan secara verbal bahwa kata “baju” terdiri dari huruf “b-a-j-u”.
c. Memiliki
kekurangan dalam memori visual, anak menunjukkan tidak dapat mengenal dengan
baik lambing-lambang huruf atau anak tidak dapat mengucapkan huruf dari A-Z,
tetapi tidak tahu bentuk hurub b.
d. Memiliki
kekurangan dalam melakukan diskriminasi auditoris pada sebagian anak tidak
dapat membedakan bunyi huruf ‘b’ dan ‘d’, ‘m’ dengan ‘n’. Mungkin bagi anak
huruf-huruf tersebut seperti memiliki makna bunyi yang sama, sehingga berdampak
pada kemampuan membaca, misalnya “mana” dibaca “mama” dan “badu” dibaca “dadu”.
e. Tidak
ammpu memahami symbol bunyi atau huruf tertentu, misalnya bunyi “ng”, “ny”
3.
Faktor
penyebab
Lidwina (2012), meneliti tentang
“Disleksia Berpengaruh pada kemampuan Membaca dan Menulis”.Penyebab disleksia
yakni masalah fonologi yaitu hubungan sistematik antara huruf dan bunyi,
masalah mengingat perkataan, masalah penyusunan yang sistematik, maslah ingatan
jangka pendek, dan maslah pemahaman sintaksis (tata bahasa).Di antara sekian
banyak penyebab, faktor utamanya adalah otak.
Faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi disleksia yaitu dilihat dari faktor
fisilogis mencangkup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis dan jenis
kelamin. Bebrapa ahli mengemukakan bahwa kerterbatasan neourologis seperti :
1.
Cedera Otak
Cedera otak
merupakan hal yang paling sering menjadi penyebab disleksia berikutnya.Beberapa
kasus disleksia terjadi setelah masa kelahiran dan tidak disebabkan oleh faktor
genetik.Cedera otak biasanya terjadi karena kecelakaan, stroke maupun trauma.
2.
Faktor
Genetik
Genetik bisa
dikategorikan sebagai penyebab disleksia yang pertama.Hal ini karena disleksia
cenderung berjalan dalam keluarga.
3.
Pemrosesan fonologi
Faktor paling
umum yang biasa menjadi penyebab disleksia selanjutnya adalah pemrosesan
fonologi.Disleksia biasanya terjadi karena adanya ketidakstabilan dalam
biokomia otak, terutama pada area fonologis (bahasa). Gangguan pemrosesan
fonologis inilah yang menyebabkan beberapa penderita disleksia mengalami
kerancuan dan sudah membedakan huruf yang hampir sama atau terbalik-balik. Disleksia cenderung terjadi dalam
keluarga.
Pada sekolah-sekolah pada
umumnya anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus dalam belajar sering kali
mendapatkan perlakuan yang berbeda dan terkadang juga menjadi menjadi bahan
ejekan bagi teman-temannya. Salah satu penyebabnya adalah sebuah persepsi dari
sebagian orang yang beranggapan negatif pada anak-anak yang memiliki kebutuhan
khusus.
Menurut Sunaryo (2013:106) prepesi
terjadi melalui proses yang didahului dengan penginderaan. Ada empat syarat
terjadinya prepesi sebagai berikut :
a. Adanya
objek, objek berperan sebagai stimulus, sedangkan pancaindera berperan sebagai
reseptor
b. Adanya
perhatian dsebagai langkah pertama untuk mengadakan prespsi
c. Adanya
pancaindera sebagai reseptor penerima stimulus
d. Saraf
sensori sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak, kemudian dari otak
dibawa melalui saraf motorik sebagaialat untuk mengadakan respons.
Faktor
yang mempengaruhi prepesi yang dilakukan masing-masing individu tentunya
berbeda-beda, hal tersebut di pengaruhi oleh bebrapa faktor yaitu objek yang
dipersepsi, alat indera, syaraf dan pusat susunan syaraf dan perhatian.
Prepesi
guru pada anak didik bahwa guru merupakan sosok manusia yang senantiasa memberi
contoh yang baik dalam segala aktivitas kehidupan anak didik di luar kelas
maupun di dalam kelas, guna mencapai tujuan hidup yang lebih bermartababt.
Serta guru juga sebagai pendidik professional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevalusi peserta
didik pada anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan
pendidikan menengah.
v
4.
Cara
penanganya
Cara penanganya menurut Fadhil (2010:72)
adalah memberikan terapi sedini mungkin apabila ditemukan anak yang memiliki
karakteristik disleksia. Memberi latihan remedial
teaching (terapi mengulang) dengan penuh kesabaran dan ketekunan biasanya
akan membantu anak untuk mengatasi kesulitannya. Memberikan motivasi seperti
pujian atau hadiah kecel setiap kali anak berhasil agar mengatasi akan sangat
sulit. Penilitian tentang disleksia Alternatif penyembuhan dislksia, antara
lain anak distimuli di bagian otak dengan sejumlah pembelajaran membaca. Dengan
metodemulti-sensory pembelajaran mengeja, dan mengajar dengan bunyi-bunyian
dengan isyarat yang bervariasi. Dengan pemberian bantuan yang beragam dan
tertur, anak disleksia akan mencapai kemajuan.
Lidwina (2012), meneliti tentang “Disleksia
Berpengaruh pada kemampuan Membaca dan Menulis”.Penyebab disleksia yakni
masalah fonologi yaitu hubungan sistematik antara huruf dan bunyi, masalah
mengingat perkataan, masalah penyusunan yang sistematik, maslah ingatan jangka
pendek, dan maslah pemahaman sintaksis (tata bahasa).
Di antara sekian banyak penyebab, faktor utamanya
adalah otak.Gangguan
disleksia pada anak-anak sering tidak dipahami dan diketahui dalam
lingkungannya, termasuk orang tuanya sendiri. Akibatnya, mereka cenderung
dianggap bodoh dan lamban dalam belajar karena tidak bisa membaca dan menulis
dengan benar, seperti kebanyakan anak-anak lain. Oleh karena itu, mereka sering
dilecehkan, diejek, atau pun mendapatkan perlakuan negatif, sementara kesulitan
itu bukan disebabkan kemalasan.
Alangkah baiknya, jika
orang tua dan guru peka terhadap kesulitan anak. Dari situ dapat dilakukan
deteksi dini untuk mencari tahu faktor penghambat proses belajarnya. Setelah
ditemukan, tentu bisa diputuskan strategi yang efektif untuk mengatasinya.
Mulai dari proses pengenalan dan pemahaman yang sederhana, hingga permainan
kata dan kalimat dalam buku-buku cerita sederhana.
Anak yang mengalami disleksia
biasanya mudah frustasi, sehingga perlu pendampingan khusus.Anak disleksia
perlu dibimbing secara perlahan dan individual, biasanya anak disleksia
memiliki kelebihan dalam bidang tertentu dan perlu dorongan serta motivasi
untuk membangun anak agar tertarik belajar di bidangnya. Dari situ anak perlu
dilatih secara perlahan untuk menulis dan
membaca dengan menggunakan media yang menarik perhatian anak. Dengan demikian
anak disleksia lama-kelamaan bisa menulis dan membaca dengan baik seperti anak
pada umumnya.Memotivasi juga sangat
penting dalam proses belajar sehingga akan menambah kepercayaan diri pada diri
anak.
Pada
anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus biasanya memiliki kemampuan yang lebih
pada bidang yang lain dalam film Taa Re Zameen Par, Iksaan memiliki kelemahan
dalam belajar namun dia memiliki kelebihan dalam pelajaran melukis, semua
lukisan menggambarkan hal-hal yang nyata, dalam setiap prosesnya dia mampu
untuk berjuang dan belajar sehingga pada akhirnya ia mendapat prestasi pada
kemampuan yang ada pada dirinya.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Disleksia merupakan
ketidakcakapan membaca dan menulis, ini adalah jenis lain gangguan belajar. Disleksia adalah
ketidakmampuan belajar yang terutama mengenai dasar berbahasa tertentu, yang
mempengaruhi kemampuan mempelajari kata-kata dan membaca meskipun anak memiliki
tingkat kecerdasan rata-rata atau diatas rata-rata, motivasi dan kesempatan
pendidikan yang cukup serta penglihatan dan pendengaran yang normal.
Disleksia biasanya
terjadi pada anak-anak dengan daya penglihatan dan kecerdasan yang normal.Anak-anak
dengan disleksia biasanya dapat
berbicara dengan normal, tetapi memiliki kesulitan dalam menginterpretasikan
tulisan.
Ciri-ciri anak yang mengalami disleksia biasanya
menghilangkan kata atau huruf, menyelipan kata, mengucapan kata yang salah,
mengulangan kata, suku kata atau kalimat, dan anak yang ragu-ragu terhadap
kemampuannya sering membaca dengan tersendat-sendat.Faktor-faktor penyebab yang
mempengaruhi disleksia yaitu dari faktor fisilogis mencangkup kesehatan fisik,
pertimbangan neurologis dan jenis kelamin.
Gangguan
disleksia pada anak-anak sering tidak dipahami dan diketahui dalam
lingkungannya, termasuk orang tuanya sendiri. Akibatnya, mereka cenderung
dianggap bodoh dan lamban dalam belajar karena tidak bisa membaca dan menulis
dengan benar, seperti kebanyakan anak-anak lain. Sehingga perlu pendampingan
khusus.Anak disleksia perlu dibimbing secara perlahan dan individual, biasanya
anak disleksia memiliki kelebihan dalam bidang tertentu dan perlu dorongan
serta motivasi untuk membangun anak agar tertarik belajar di bidangnya. Dari
situ anak perlu dilatih secara perlahan
untuk menulis dan membaca dengan menggunakan media yang menarik
perhatian anak. Dengan demikian anak disleksia lama-kelamaan bisa menulis dan
membaca dengan baik seperti anak pada umumnya.
2.
Daftar Referensi
Abdurrahamn,
Mulyono. 2010. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka
Cipta
Koeswara,
Deded. 2013. Pendidikan Anak Nerkebutuhan
Khusus; Berkesulitan Belajar
Spesifik.Jakarta
: Luxima
Fadhli,
Aulia. 2010. Buku Pintar Kesehatan Anak. Yogyakarta: Pustaka Anggrek
Lidwina,dkk.
2013. Anak dengan Problematika Belajar. Semarang: CV. Mitra Keluarga
Mandiri
Soemantri,
T. Sutjihati. 2007. Psikologi Anak Luar
Biasa. Bandung: Refika Aditama
Sunaryo, Drs. 2013. Psikologi Untuk Keperawatan, Ed.2. Jakarta
: Kedok
Tidak ada komentar:
Posting Komentar