BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Anak
berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan
anak pada umumna tanpa selalu menunjuk pada ketidakmampuan mental, emosi atau
fisik. Yang termasuk kedalam anak berkebutuhan khusus antara lain: tunanetra,
tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, tunarungu, tunawicara, GPPH, slow
learner, autis, gifted, dan cerebral palsy. Istilah lain bagi anak berkebutuhan
khusus adalah anak luar biasa. Karena karakteristik dan hambatan yang dimiliki,
ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan
kemampuan dan potensi mereka.
Autistik
merupakan gangguan perkembangan yang mempengaruhi beberapa aspek bagaimana anak
melihat dunia dan bagaimana belajar melalui pengalamannya. Anak-anak dengan
gangguan autistik biasanya kurang dapat merasakan kontak sosial. Mereka
cenderung menyendiri dan menghindari kontak dengan orang. Orang dianggap
sebagai objek bukan sebagai sbjek yang dapat berinteraksi dan berkomunikasi.
Dalam makalah ini akan membahas mengenai hasil
observasi tentang Anak Autis yang kami lakukan di Sekolah Khusus Samara Bunda.
B.
Tujuan
Observasi
Kegiatan
observasi di Sekolah Luar Biasa (SLB) dilaksanakan untuk:
1. Mengetahui
ciri-ciri anak autis
2. Penyebab
dan cara pendampingan anak autis
C.
Manfaat
Observasi
1. Dapat
berinteraksi secara langsung dengan anak autis dan memahami karakteristik autis.
2. Mengetahui
cara pendampingan anak autis
BAB II
PEMBAHASAN
A. Karakteristik
Anak Autistik (Autistic Child)
Autistik
merupakan gangguan perkembangan yang mempengaruhi beberapa aspek bagaimana anak
melihat dunia dan bagaimana belajar melalui pengalamannya. Anak biasanya
mengalami gangguan dalam bidang sosial dan afektif, komunikasi verbal dan
non-verbal, imajinasi, dan atensi. Mereka kurang dapat merasakan kontak sosial,
cenderung menyendiri dan menghindari kontak dengan orang. Orang dianggap
sebagai objek bukan sebagai subjek yang dapat berinteraksi dan berkomunikasi.
Gajala-gejala
penyandang autism menurut Delay &
Delnaker (1952) dan Marchlin & Philips (1976) antara lain sebagai berikut:
1. Senang
tidur bermalas-malasan atau duduk menyendiri dengan tampang acuh, mata pucat,
mata sayu, dan selalu memandang ke bawah.
2. Selalu
diam sepanjang waktu.
3. Jika
ada pertanyaan terhadapnya, jawabannya sangat pelan dengan nada monoton,
kemudian dengan suara yang aneh ia akan menceritakan dirinya dengan beberapa
dengan beberapa kata, kemudia diam menyendiri lagi.
4. Tidak
pernah bertanya, tidak menunjukan rasa takut, tidak punya keinginan yang
bermacam-macam, serta tidak menyenangi sekelilingnya.
5. Tidak
tampak ceria..
6. Tidak
peduli terhadap lingkungannya, kecuali pada benda yang disukainya, misalnya
boneka.
Secara
umum anak autis mengalami kelainan dalam berbicara serta fungsi syaraf. Hal
tersebut dapat terlihat dengan adanya keganjilan perilaku ketidakmampuan
berinteraksi dengan lingkungan masyarakat sekitarnya. Kelainan pada anak autis
adalah sebagai berikut:
1. Kelainan
berbicara. Keterlambatan serta penyimpangan dalam berbicara menyebabkan anak
autis sukar berkomunikasi serta tidak mampu memahami percakapan orang lain.
Memiliki kecenderungan meniru (echolalia),
terkesan menghafal kata-kata, tidak ada usaha untuk berkomunikasi secara non
verbal dengan bahasa tubuh. Walaupun mengucapkan kata cukup baik, namun banyak
mempunyai hambatan saat mengungkapkan perasaan dari melalui bahasa lisan.
Dengan demikian sepertinya anak autis mengalami afasia, kehilangan kemampuan
untuk memahami kata-kata disebabkan adanya kelainan pada syaraf otak.
2. Kelainan
fungsi syaraf dan intelektual. Umumnya anak autis memiliki keterbelakangan
mental. Mereka tergolong tidak memiliki kecakapan untuk memahami benda-benda
abstrak atau simbolik. Namun di sisi lain mereka mampu memecahkan teka-teki yang
rumit dan mampu mengalikan suatu bilangan.
3. Perilaku
yang ganjil. Anak autis akan mudah sekali marah bila ada perubahan yang
dilakukan pada situasi atau lingkungan tempat ia berada walau sekecil apapun.
Misalnya selalu membawa barang-barang yang ia senangi sewaktu ia bepergian
kemanapun seperti bantal. Seringkali anak autis menunjukkan sikap yang
berulang-ulang. Misalnya, suka menggerak-gerakan badan dan bergoyang-goyang
saat duduk dikursi, terkadang secara tiba-tiba berteriak atau tertawa tanpa
sebab yang jelas. Terpukau terhadap benda yang berputar atau benda yang
bergerak. Bahkan melakukan tindakan yang menyakiti dirinya sendiri. Misalnya
membenturkan kepala.
4. Interaksi
sosial. Anak autis kurang suka bergaul dan sangat terisolasi dari lingkungan
hidupnya, terlihat kurang ceria, tidak mau menatap mata, tidak pernah menaruh
perhatian atau keinginan untuk menghargai perasaan orang lain, dipanggil tidak
menoleh, tidak mau bermain dengan teman sebaya, dan suka menghindar dengan
orang-orang disekitarnya sekalipun itu saudaranya sendiri. Dengan kata lain
kehidupan sosial anak autis selalu aneh dan terlihat seperti orang yang sedang
sakit.
Hal-hal
lain yang berkaitan dengan ciri-ciri anak autis adalah koordinasi motorik dan
persepsi sensori misalnya kesulitan dalam menangkap dan melempar bola,
melompat, menutup telingga bila mendengar suara tertentu; car call, klakson mobil, suara tangisan bayi dan sirine, mencium
benda, tidak dapat merasakan sakit, tidak memahami bahaya dan sebagainya serta
gangguan kognitif anak.
B. Faktor-Faktor
Penyebab Autistik
Faktor-faktor
penyebab anak autis secara spesifik, faktor-faktor yang menyebabkan anak
menjadi autis belum ditemukan secara pasti. Faktor genetik, metabolik dan
gangguan syaraf pusat, infeksi pada saat hamil (rubella), gangguan pencernaan
hingga keracunan logam. Struktur otak yang idak normal seperti hydrocephalus
juga dapat menyebabkan anak autis.
Selain
hal-hal diatas, ada dugaan bahwa anak autistik disebabkan oleh faktor
lingkungan misalnya vaccination.
Beberapa orang tua melaporkan bahwa anaknya tetap “normal” perkembangannya
setelah diberikan vaccination, tetapi
ada juga orang tua yang melaporkan bahwa ada perubahan yang kurang
menguntungkan setelah anaknya diberi vaccination.
Ada beberapa kasus yang dialami oleh para orang tua yang berkaitan dengan
perkembangan anak. Dugaan penyebab lainnya adalah perilaku ibu masa hamil yang
sering mengkonsumsi seafood dimana
makanan inni mengandung mercury yang sangat tinggi karena adanya pencemaran air
laut. Selain itu kekurangan mineral yang penting seperti zinc, magnesium, iodine, lithium, dan potassium.
Bagian
yang perlu mendapat perhatian dalah berpangkal dari ketidaktahuan orang tua
tentang autistik itu sendiri. Beberapa ciri-ciri anak autistik sebenarnya dapat
dideteksi sejak dini, setidaknya dicurigai sebagai perilaku autistik pada masa
tahun-tahun pertama. Ketika anak berusia 3 tahun dan menunjukkan perilaku autistik,
orang tua menuga disebabkan oleh kebiasaan nonton tv, “diacuhkan” oleh Baby
Sitter (yang penting diam), semua kebutuhan anak dilayani tanpa perlu belajar
mengekspresikan keinginannya (baik bersifat verbal maupun non-verbal), main
sendiri dan hubungan antara orang tua dengan anak yang kurang berkualitas. Hal
ini bukan merupakan penyebab utama. Tetapi pada bagian ini diduga sebagai
faktor yang melengkapi dan memperkuat/ memicu semakin kokohnya perilaku
autistik itu hadir
BAB III
HASIL OBSERVASI
A. Kegiatan
dan Ciri yang ditunjukkan Siswa SLB
Siswa SLB yang diamati:
1. Emir
Ø Kegiatan
yang sedang dilaksanakan adalah:
·
mencocokan tulisan
dengan benda-benda nyata
·
Melatih berbicara
(gerakan-gereakan oral)
·
Mencocokan nama
bilangan dengan lambang bilangan
·
Menunjuk bagian-bagian
tubuh
Ø Ciri-ciri
yang ditunjukkan Emir:
·
Belum bisa berbicara
·
Memainkan tangan di
meja
·
Suka memegang dan
memainkan jari orang lain (guru)
·
Jika ada orang asing
datang diam terpaku
·
Saat istirahat tidak
mau bermain dengan teman
·
Terkadang tiba-tiba
menangis apabila teringat sesuatu yang membuatnya sedih.
·
Konsentrasi tidak
bertahan lama
·
Aktif bermain sendiri
(lari-lari)
2. Rapel
Ø Kegiatan
yang dilajsanakan:
·
Menyusun bangun
·
Mencocokan gambar
·
Menyamakan warna
·
Menulis angka
Ø Ciri-ciri
yang ditunjukkan Rapel:
·
Belum dapat berbicara
·
Melempar-lempar benda
·
Tidak bisa mengkontrol
emosinya
·
Tidak fokus
·
Saat diberi intruksi
tidak memperhatikan
·
Belum dapat menulis dan
membedakan warna
·
Asik dengan dunianya
sendiri.
3. Dinda
Ø Kegiatan
yang sedang dilakukan
·
Mata pelajaran bahasa
jawa
Dinda menulis angka 1
sampai 10 dengan huruf dalam bahasa jawa
·
Mata pelajaran bahasa
indonesia:
ü Menyusun
kalimat dari sebuah kata.
Contoh: Payung
Dinda memakai patung
ü Menyusun
kalimat dengan melihat gambar.
Contoh: Gambar mobil
Ini mobil
Mobil ayah berwarna
hitam
·
Mata pelajaran
matematika
Operasi Penjumlahan
3 + 6 = ....
Cara yang dilakukan
Dinda dalam menghitung
3
|
+
|
6
|
= ....
|
||
3
|
+
|
|
= 9
|
||
Di bawah angka 6,
Dinda membuat turus sebanyak enam. Kemudian menghirung mulai dari angka “3”,
satu, dua, tiga “+” empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan
Jadi hasil dari 3 + 6
= 9
|
|||||
·
Menyebutkan nama-nama
guru dan teman
·
Bernyanyi Indonesia
Raya
Ø Ciri-ciri
yang ditunjukkan oleh Dinda, antara lain:
·
Merasa senang saat
dapat mengerjakan soal dengan benar, ditunjukkan dengan menarik tangan guru
untuk memegang pipinya dan berseru “aduh senangnya”.
·
Mengucapkan hal yang
sama berulang-ulang; ingin pergi ke salon, mengatakan hal yang sama saat mulai
tidak terfokus pada pelajaran.
·
Kesulitan menghitung
dan menyusun kalimat, namun dengan sedikit pancingan dapat melanjutkan.
·
Emosi tidak terkontrol
·
Bila melakukan
kesalahan berteriak.
·
Takut bila mendengar
suara hair dryer dan mixer
B. Pendampingan
Anak Autistik
Anak berkebutuhan khusus autis di
sekolah luar biasa membutuhkan perhatian khusus dari pengajar di sekolah.
Diperlukan perhatian dan cara komunikasi yang khusus untuk anak autis, pengajar
harus mengerti bagaimana menyikapi anak yang autis. Antara anak berkebutuhan
khusus tunanetra, tunarungu dan lainnya berbeda dengan anak autis karena autis
memerlukan ruangan khusus untuk belajar. Contohnya di Sekolah Khusus Samara
Bunda anak autis diberi ruangan khusus yang disekat-sekat untuk belajar
sehingga tidak bisa melihat keluar sehingga membuat anak merasa nyaman dan bisa
lebiih fokus saat belajar. Dalam proses pembelajaran sekolah luar biasa, anak
berkebutuhan khusus autis diaplikasikan sebagai terapi. Anak autis dapat
diberikan terapi berupa:
1.
Terapi Wicara dan Perilaku
Hampir
semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam bicara dan berbahasa.
Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak pula individu autis yang
non-verbal atau kemampuan bicaranya sangat kurang. Kadang-kadang bicaranya
cukup berkembang, namun mereka tidak mampu untuk memakai bicaranya untuk
berkomunikasi/ berinteraksi dengan orang lain. Tujuan terapi perilaku adalah
untuk membangun struktur dan memberikan pengarahan kepada anak autis dengan
melibatkan peran orang tua.
2.
Terapi Motorik.
Bila
gangguan yang paling dominan adalah gangguan respons terhadap lingkungan maka
dilakukan latihan motorik yang bertujuan untuk menumbuhkan kepekaan terhadap
lingkungan. Selain itu memberi pelatihan khusus pada anak dengan memberikan
hadiah atau pujian sangat penting.
Dalam
mendampingi anak autis diperlukan perhatian khusus, ketelatenan, kesabaran dan
konsitensi. Dengan begitu kemungkinan untuk dapat berkembang dan berprestasi
lebih besar serta membutuhkan banyak dukungan. Seperti Dinda siswa Sekolah
Khusus Samara Bunda dapat meraih juara 2
dalam lomba menggambar yang diselenggarakan oleh BI.
BAB IV
KESIMPULAN
Sistem
pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus tidak jauh berbea dengan anak tidak
berkebutuhan khusus. hanya ada sedikit perbedaan dalam penyampaian pelajaran.
Anak berkebutuhan khusus juga diajarkan pelajaran umum, dilakukan ujian seperti
yang ada di sekolah biasa, akan tetapi materi yang diberikan lebih ringan.
Berdasarkan
hasil observasi yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa pendampingan anak
autis itu dapat dilakukan berdasarkan gangguan yang ada pada anak. Perilaku
anak autis juga berbeda-beda, tidak semua anak autis berperilaku sama.
Tergantung dengan kesenangan masing-masing anak. Ada banyak faktor penyebab
autis, bisa karena keturunan, bisa karena radiasi, bisa karena kelainan saat
berada dalam kandungan, dan akibat obat-obat yang dikonsumsi oleh ibu saat
hamil. Setiap anak autis belum tentu semuanya memiliki IQ redah terlebih ada
yang tinggi dan ada juga yang kurang, dan ada juga beberapa terapi yang dapat
dilakukan yaitu : terapi wicara, terapi perilaku, dan terapi motorik.
DAFTAR
PUSTAKA
Yuwono,
joko. 2012. Memahami Anak Autistik
(Kajian Teoritik dan Empirik). Bandung: Alfabeta
Delphie,
bandi. 2006. Pembelajaran Anak
Berkebutuhan Khusus (Setting Pendidikan Inklusi). Bandung: Refika Aditama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar