Jumat, 29 Mei 2015

AUTISME

P
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumna tanpa selalu menunjuk pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam anak berkebutuhan khusus antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, tunarungu, tunawicara, GPPH, slow learner, autis, gifted, dan cerebral palsy. Istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa. Karena karakteristik dan hambatan yang dimiliki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka.
Autistik merupakan gangguan perkembangan yang mempengaruhi beberapa aspek bagaimana anak melihat dunia dan bagaimana belajar melalui pengalamannya. Anak-anak dengan gangguan autistik biasanya kurang dapat merasakan kontak sosial. Mereka cenderung menyendiri dan menghindari kontak dengan orang. Orang dianggap sebagai objek bukan sebagai sbjek yang dapat berinteraksi dan berkomunikasi.
 Dalam makalah ini akan membahas mengenai hasil observasi tentang Anak Autis yang kami lakukan di Sekolah Khusus Samara Bunda.

B.     Tujuan Observasi
Kegiatan observasi di Sekolah Luar Biasa (SLB) dilaksanakan untuk:
1.      Mengetahui ciri-ciri anak autis
2.      Penyebab dan cara pendampingan anak autis

C.    Manfaat Observasi
1.      Dapat berinteraksi secara langsung dengan anak autis dan memahami karakteristik autis.
2.      Mengetahui cara pendampingan anak autis



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Karakteristik Anak Autistik (Autistic Child)
Autistik merupakan gangguan perkembangan yang mempengaruhi beberapa aspek bagaimana anak melihat dunia dan bagaimana belajar melalui pengalamannya. Anak biasanya mengalami gangguan dalam bidang sosial dan afektif, komunikasi verbal dan non-verbal, imajinasi, dan atensi. Mereka kurang dapat merasakan kontak sosial, cenderung menyendiri dan menghindari kontak dengan orang. Orang dianggap sebagai objek bukan sebagai subjek yang dapat berinteraksi dan berkomunikasi.
Gajala-gejala penyandang autism menurut Delay & Delnaker (1952) dan Marchlin & Philips (1976) antara lain sebagai berikut:
1.      Senang tidur bermalas-malasan atau duduk menyendiri dengan tampang acuh, mata pucat, mata sayu, dan selalu memandang ke bawah.
2.      Selalu diam sepanjang waktu.
3.      Jika ada pertanyaan terhadapnya, jawabannya sangat pelan dengan nada monoton, kemudian dengan suara yang aneh ia akan menceritakan dirinya dengan beberapa dengan beberapa kata, kemudia diam menyendiri lagi.
4.      Tidak pernah bertanya, tidak menunjukan rasa takut, tidak punya keinginan yang bermacam-macam, serta tidak menyenangi sekelilingnya.
5.      Tidak tampak ceria..
6.      Tidak peduli terhadap lingkungannya, kecuali pada benda yang disukainya, misalnya boneka.
Secara umum anak autis mengalami kelainan dalam berbicara serta fungsi syaraf. Hal tersebut dapat terlihat dengan adanya keganjilan perilaku ketidakmampuan berinteraksi dengan lingkungan masyarakat sekitarnya. Kelainan pada anak autis adalah sebagai berikut:
1.      Kelainan berbicara. Keterlambatan serta penyimpangan dalam berbicara menyebabkan anak autis sukar berkomunikasi serta tidak mampu memahami percakapan orang lain. Memiliki kecenderungan meniru (echolalia), terkesan menghafal kata-kata, tidak ada usaha untuk berkomunikasi secara non verbal dengan bahasa tubuh. Walaupun mengucapkan kata cukup baik, namun banyak mempunyai hambatan saat mengungkapkan perasaan dari melalui bahasa lisan. Dengan demikian sepertinya anak autis mengalami afasia, kehilangan kemampuan untuk memahami kata-kata disebabkan adanya kelainan pada syaraf otak.
2.      Kelainan fungsi syaraf dan intelektual. Umumnya anak autis memiliki keterbelakangan mental. Mereka tergolong tidak memiliki kecakapan untuk memahami benda-benda abstrak atau simbolik. Namun di sisi lain mereka mampu memecahkan teka-teki yang rumit dan mampu mengalikan suatu bilangan.
3.      Perilaku yang ganjil. Anak autis akan mudah sekali marah bila ada perubahan yang dilakukan pada situasi atau lingkungan tempat ia berada walau sekecil apapun. Misalnya selalu membawa barang-barang yang ia senangi sewaktu ia bepergian kemanapun seperti bantal. Seringkali anak autis menunjukkan sikap yang berulang-ulang. Misalnya, suka menggerak-gerakan badan dan bergoyang-goyang saat duduk dikursi, terkadang secara tiba-tiba berteriak atau tertawa tanpa sebab yang jelas. Terpukau terhadap benda yang berputar atau benda yang bergerak. Bahkan melakukan tindakan yang menyakiti dirinya sendiri. Misalnya membenturkan kepala.
4.      Interaksi sosial. Anak autis kurang suka bergaul dan sangat terisolasi dari lingkungan hidupnya, terlihat kurang ceria, tidak mau menatap mata, tidak pernah menaruh perhatian atau keinginan untuk menghargai perasaan orang lain, dipanggil tidak menoleh, tidak mau bermain dengan teman sebaya, dan suka menghindar dengan orang-orang disekitarnya sekalipun itu saudaranya sendiri. Dengan kata lain kehidupan sosial anak autis selalu aneh dan terlihat seperti orang yang sedang sakit.
Hal-hal lain yang berkaitan dengan ciri-ciri anak autis adalah koordinasi motorik dan persepsi sensori misalnya kesulitan dalam menangkap dan melempar bola, melompat, menutup telingga bila mendengar suara tertentu; car call, klakson mobil, suara tangisan bayi dan sirine, mencium benda, tidak dapat merasakan sakit, tidak memahami bahaya dan sebagainya serta gangguan kognitif anak.

B.     Faktor-Faktor Penyebab Autistik
Faktor-faktor penyebab anak autis secara spesifik, faktor-faktor yang menyebabkan anak menjadi autis belum ditemukan secara pasti. Faktor genetik, metabolik dan gangguan syaraf pusat, infeksi pada saat hamil (rubella), gangguan pencernaan hingga keracunan logam. Struktur otak yang idak normal seperti hydrocephalus juga dapat menyebabkan anak autis.
Selain hal-hal diatas, ada dugaan bahwa anak autistik disebabkan oleh faktor lingkungan misalnya vaccination. Beberapa orang tua melaporkan bahwa anaknya tetap “normal” perkembangannya setelah diberikan vaccination, tetapi ada juga orang tua yang melaporkan bahwa ada perubahan yang kurang menguntungkan setelah anaknya diberi vaccination. Ada beberapa kasus yang dialami oleh para orang tua yang berkaitan dengan perkembangan anak. Dugaan penyebab lainnya adalah perilaku ibu masa hamil yang sering mengkonsumsi seafood dimana makanan inni mengandung mercury yang sangat tinggi karena adanya pencemaran air laut. Selain itu kekurangan mineral yang penting seperti zinc, magnesium, iodine, lithium, dan potassium.
Bagian yang perlu mendapat perhatian dalah berpangkal dari ketidaktahuan orang tua tentang autistik itu sendiri. Beberapa ciri-ciri anak autistik sebenarnya dapat dideteksi sejak dini, setidaknya dicurigai sebagai perilaku autistik pada masa tahun-tahun pertama. Ketika anak berusia 3 tahun dan menunjukkan perilaku autistik, orang tua menuga disebabkan oleh kebiasaan nonton tv, “diacuhkan” oleh Baby Sitter (yang penting diam), semua kebutuhan anak dilayani tanpa perlu belajar mengekspresikan keinginannya (baik bersifat verbal maupun non-verbal), main sendiri dan hubungan antara orang tua dengan anak yang kurang berkualitas. Hal ini bukan merupakan penyebab utama. Tetapi pada bagian ini diduga sebagai faktor yang melengkapi dan memperkuat/ memicu semakin kokohnya perilaku autistik itu hadir




BAB III
HASIL OBSERVASI
A.    Kegiatan dan Ciri yang ditunjukkan Siswa SLB
Siswa SLB yang diamati:
1.      Emir
Ø  Kegiatan yang sedang dilaksanakan adalah:
·         mencocokan tulisan dengan benda-benda nyata
·         Melatih berbicara (gerakan-gereakan oral)
·         Mencocokan nama bilangan dengan lambang bilangan
·         Menunjuk bagian-bagian tubuh

Ø  Ciri-ciri yang ditunjukkan Emir:
·         Belum bisa berbicara
·         Memainkan tangan di meja
·         Suka memegang dan memainkan jari orang lain (guru)
·         Jika ada orang asing datang diam terpaku
·         Saat istirahat tidak mau bermain dengan teman
·         Terkadang tiba-tiba menangis apabila teringat sesuatu yang membuatnya sedih.
·         Konsentrasi tidak bertahan lama
·         Aktif bermain sendiri (lari-lari)

2.      Rapel
Ø  Kegiatan yang dilajsanakan:
·         Menyusun bangun
·         Mencocokan gambar
·         Menyamakan warna
·         Menulis angka
Ø  Ciri-ciri yang ditunjukkan Rapel:
·         Belum dapat berbicara
·         Melempar-lempar benda
·         Tidak bisa mengkontrol emosinya
·         Tidak fokus
·         Saat diberi intruksi tidak memperhatikan
·         Belum dapat menulis dan membedakan warna
·         Asik dengan dunianya sendiri.

3.      Dinda
Ø  Kegiatan yang sedang dilakukan
·         Mata pelajaran bahasa jawa
Dinda menulis angka 1 sampai 10 dengan huruf dalam bahasa jawa
·         Mata pelajaran bahasa indonesia:
ü  Menyusun kalimat dari sebuah kata.
Contoh: Payung
Dinda memakai patung
ü  Menyusun kalimat dengan melihat gambar.
Contoh: Gambar mobil
Ini mobil
Mobil ayah berwarna hitam
·         Mata pelajaran matematika
Operasi Penjumlahan
3 + 6 = ....
Cara yang dilakukan Dinda dalam menghitung
3
+
6
= ....

3
+
  = 9

Di bawah angka 6, Dinda membuat turus sebanyak enam. Kemudian menghirung mulai dari angka “3”, satu, dua, tiga “+” empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan
Jadi hasil dari 3 + 6 = 9
·         Menyebutkan nama-nama guru dan teman
·         Bernyanyi Indonesia Raya

Ø  Ciri-ciri yang ditunjukkan oleh Dinda, antara lain:
·         Merasa senang saat dapat mengerjakan soal dengan benar, ditunjukkan dengan menarik tangan guru untuk memegang pipinya dan berseru “aduh senangnya”.
·         Mengucapkan hal yang sama berulang-ulang; ingin pergi ke salon, mengatakan hal yang sama saat mulai tidak terfokus pada pelajaran.
·         Kesulitan menghitung dan menyusun kalimat, namun dengan sedikit pancingan dapat melanjutkan.
·         Emosi tidak terkontrol
·         Bila melakukan kesalahan berteriak.
·         Takut bila mendengar suara hair dryer dan mixer

B.     Pendampingan Anak Autistik
Anak berkebutuhan khusus autis di sekolah luar biasa membutuhkan perhatian khusus dari pengajar di sekolah. Diperlukan perhatian dan cara komunikasi yang khusus untuk anak autis, pengajar harus mengerti bagaimana menyikapi anak yang autis. Antara anak berkebutuhan khusus tunanetra, tunarungu dan lainnya berbeda dengan anak autis karena autis memerlukan ruangan khusus untuk belajar. Contohnya di Sekolah Khusus Samara Bunda anak autis diberi ruangan khusus yang disekat-sekat untuk belajar sehingga tidak bisa melihat keluar sehingga membuat anak merasa nyaman dan bisa lebiih fokus saat belajar. Dalam proses pembelajaran sekolah luar biasa, anak berkebutuhan khusus autis diaplikasikan sebagai terapi. Anak autis dapat diberikan terapi berupa:
1.      Terapi Wicara dan Perilaku
Hampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam bicara dan berbahasa. Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak pula individu autis yang non-verbal atau kemampuan bicaranya sangat kurang. Kadang-kadang bicaranya cukup berkembang, namun mereka tidak mampu untuk memakai bicaranya untuk berkomunikasi/ berinteraksi dengan orang lain. Tujuan terapi perilaku adalah untuk membangun struktur dan memberikan pengarahan kepada anak autis dengan melibatkan peran orang tua.
2.      Terapi Motorik.
Bila gangguan yang paling dominan adalah gangguan respons terhadap lingkungan maka dilakukan latihan motorik yang bertujuan untuk menumbuhkan kepekaan terhadap lingkungan. Selain itu memberi pelatihan khusus pada anak dengan memberikan hadiah atau pujian sangat penting.
Dalam mendampingi anak autis diperlukan perhatian khusus, ketelatenan, kesabaran dan konsitensi. Dengan begitu kemungkinan untuk dapat berkembang dan berprestasi lebih besar serta membutuhkan banyak dukungan. Seperti Dinda siswa Sekolah Khusus Samara Bunda dapat meraih  juara 2 dalam lomba menggambar yang diselenggarakan oleh BI.







BAB IV
KESIMPULAN

Sistem pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus tidak jauh berbea dengan anak tidak berkebutuhan khusus. hanya ada sedikit perbedaan dalam penyampaian pelajaran. Anak berkebutuhan khusus juga diajarkan pelajaran umum, dilakukan ujian seperti yang ada di sekolah biasa, akan tetapi materi yang diberikan lebih ringan.
Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa pendampingan anak autis itu dapat dilakukan berdasarkan gangguan yang ada pada anak. Perilaku anak autis juga berbeda-beda, tidak semua anak autis berperilaku sama. Tergantung dengan kesenangan masing-masing anak. Ada banyak faktor penyebab autis, bisa karena keturunan, bisa karena radiasi, bisa karena kelainan saat berada dalam kandungan, dan akibat obat-obat yang dikonsumsi oleh ibu saat hamil. Setiap anak autis belum tentu semuanya memiliki IQ redah terlebih ada yang tinggi dan ada juga yang kurang, dan ada juga beberapa terapi yang dapat dilakukan yaitu : terapi wicara, terapi perilaku, dan terapi motorik.


DAFTAR PUSTAKA
Yuwono, joko. 2012. Memahami Anak Autistik (Kajian Teoritik dan Empirik). Bandung: Alfabeta

Delphie, bandi. 2006. Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus (Setting Pendidikan Inklusi). Bandung: Refika Aditama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LAPORAN PRAKTIKUM PEREDARAN DARAH

P PEREDARAN DARAH        I.             Pendahuluan Latar Belakang Darah adalah komponen yang sangat penting bagi makhluk hidup, ...