Jumat, 29 Mei 2015

DISGRAFIA

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Menulis bukan hanya menyalin tetapi juga mengekspresikan pikiran dan perasaan ke dalam lambang-lambang tulisan. Ada banyak definisi tentang menulis, menurut Lerner (1985:413) menulis adalah menuangkan ide ke dalam suatu bentuk visual. Tarigan (1986:21) mendefinisikan menulis sebagai melukiskan lambing-lambang grafis dari bahasa yang dipahami oleh penulisnya maupun orang lain yang menggunakan bahasa yang sama dengan penulisnya tersebut.
Proses belajar menulis melibatkan rentang waktu yang panjang. Proses belajar menulis tidak dapat dilepaskan dengan proses belajar berbicara dan membaca. Dalam menulis terjadi suatu aktivitas yang didukung oleh beberapa indra, dan anak harus mampu mentransfer dan mengintegrasikan antara kemampuan visual, auditori, kinestetis dan berpikir. Sejak awal masuk sekolah anak harus belajar menulis karena kemampuan ini merupakan prasyarat untuk dapat mengikuti bidang studi lain. Pada anak-anak, umumnya kesulitan ini terjadi pada saat anak mulai belajar menulis. Kesulitan ini tidak tergantung kemampuan lainnya. Seseorang bisa sangat fasih dalam berbicara dan keterampilan motorik lainnya, tapi mempunyai kesulitan menulis.Kesulitan dalam menulis biasanya menjadi problem utama dalam rangkaian gangguan belajar, terutama pada anak yang berada di tingkat SD.
 Kesulitan menulis tidak hanya menimbulkan masalah bagi anak tetapi juga guru. Menurut Lerner (1985:402), ada beberapa factor yang mempengaruhi kemampuan anak untuk menulis yakni, motoric, perilaku, persepsi, memori, kemampuan melaksanakan cross modal, penggunaan tangan yang dominan dan kemampuan memahami instruksi. Anak yang perkembangan motoriknya belum matang atau mengalami gangguan, akan mengalami kesulitan dalam menulis, tulisanya tidak jelas, terputus-putus, atau tidak mengikuti garis.



B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan kesulitan menulis (Disgrafia) ?
2.      Apa yang menjadi penyebab anak mengalami kesulitan menulis (Disgrafia) ?
3.      Bagaimana ciri-ciri anak yangmengalami kesulitan menulis (Disgrafia) ?
4.      Bagaimana cara pendampingan yang tepat untuk anak disgrafia ?

C.     Tujuan
1.      Mengetahui pengertian kesulitan menulis pada anak (Disgrafia).
2.      Mengetahui penyebab kesulitan menulis pada anak (Disgrafia).
3.      Mengetahui  ciri-ciri anak yangmengalami kesulitan menulis (Disgrafia).
4.      Mengetahui cara pendampingan yang tepat untuk anak disgrafia.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Kesulitan Menulis (Disgrafia)
Kesulitan belajar menulis sering disebut juga Disgrafia (Jordon seperti dikutip oleh Hallahan, Kauffman, & Lloyd, 1985:237). Disgrafia adalah kesulitan khusus dimana anak-anak tidak bisa menuliskan atau mengekspresikan pikirannya kedalam bentuk tulisan,karena mereka tidak menyusun kata dengan baik dan mengkoordinasikan motorik halusnya (tangan) untuk menulis (Aulia Fadhli:2009).  Disgrafia menunjuk pada adanya ketidakmampuan mengingat cara membuat huruf atau simbol-simbol matematika. Disgrafia sering dikaitkan dengan kesulitan belajar membaca karena, kedua jenis kesulitan tersebut saling terkait.
Kesulitan belajar menulis sering disebut juga disgrafia, sedangkan kesulitan belajar menulis yang berat disebut agrafia. Disgrafia tidak dapat terlepas dari kesulitan belajar membaca karena kedua kesulitan tersebut saling terkait satu sama lain (Deded Koswara:2003).
Kesulitan menulis dapat terkait dengan kesulitan memegang pensil. Menurut (Hornsby, 1984:66) ada 4 cara anak memegang pensil, yaitu :
1.      Sudut pensil terlalu besar.
2.      Sudut pensil terlalu kecil.
3.      Menggenggam pensil seperti akan meninju.
4.      Menyangkutkan pensil di tangan atau menyeret pensil.

B.     Penyebab Kesulitan Menulis (Disgrafia)
Untuk  mengidentifikasi kesulitan menulis pada anak yang mengalami kesulitan belajar dapat diidentifikasi dari beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan anak menulis diantaranya:
a.       Motorik
Anak yang pekembangan motoriknya belum matang atau mengalami gangguan, akan mengalami kesulitan dalam menulis, tulisannya tidak jelas, terputus-putus, atau tidak mengikuti garis.
b.      Perilaku
Anak yang hiperaktif atau yang perhatiannya mudah teralihkan dapat menyebabkan pekerjaannya terhambat, termasuk pekerjaan menulis. Jika persepsi auditorisnya yang terganggu  mungkin anak akan mengalami kesulitan untuk menulis kata-kata yang dicapkan oleh guru.
c.       Persepsi
Pada anak yang mengalami persepsi visual, anak cenderung mengalami kesulitan membedakan bentuk-bentuk huruf yang hamper sama seperti “d dengan b”, “p dengan q”, h” dengan n”, atau “m dengan w atau n”. gangguan persepsi ini berdampak langsung pada kesulitan dalam menulis.
d.      Memori
Gangguan memori juga dapat menjadi penyebab terjadinya kesulitan belajar menulis karena anak tidak mampu mengingat apa yang akan ditulis. Jika gangguan menyangkut ingatan visual, maka anak akan sult untuk mengingat huruf ataukata, jika gangguan tersebut menyangkut memori auditori, anak akan mengalami kesulitan menulis kata-kata yang baru saja diucapkan oleh guru.


e.       Penggunaan tangan yang dominan
Pada anak yang tangan kirinya lebih dominan atau kidal tulisannya juga sering terbalik-balik . Pada anak yang dominan tangan kidal sering kali guru tidak mengoptimalkan potensi tangan anak, padahal dalam menulis bagi anak yang bertangan kidal perlu latihan motorik  membiasakan gaya menulisnya yang berbeda dengan kebiasaan anak yang bertangan kanan.
f.       Kemampuan memahami instruksi
Ketidak mampuan memahami instruksi dapat menyebabkan anak sering keliru menulis kata-kata yang sesuai dengan perintah guru. Ini biasanya ditemukan guru saat anak diminta menulis kata-kata yang diucapkan gurunya.


C.     Ciri – ciri Disgrafia
Dalam buku Buku Pintar Kesehatan Anak (Aulia Fadhli:2009)  ada beberapa ciri khusus dari anak disgrafia, antara lain :
1.      Terdapat ketidak konsistenan bentuk huruf dalam tulisannya.
2.       Saat menulis, penggunaan huruf besar dan huruf kecil masih tercampur.
3.      Ukuran dan bentuk huruf dalam tulisannya tidak proporsional.
4.      Anak tampak harus berusaha keras saat mengkomunikasikan suatu ide, pengetahuan, atau pemahamannya lewat tulisan.
5.      Sulit memegang bolpoin maupun pensil dengan mantap. Caranya memegang alat tulis
 seringkali terlalu dekat bahkan hampir menempel dengan kertas.
6.      Berbicara pada diri sendiri ketika sedang menulis, atau malah terlalu memperhatikan
 tangan yang dipakai untuk menulis.
7.      Cara menulis tidak konsisten, tidak mengikuti alur garis yang tepat dan proporsional.
8.      Tetap mengalami kesulitan meskipun hanya diminta menyalin contoh tulisan yang sudah disiapkan oleh guru.




D.    Cara Pendampingan
Ada 15 macam cara pendampingan untuk anak kesulitan menulis menurut Lerner (1988:422), pendampingan ini adalah:
1.      Aktivitas Menggunakan Papan Tulis
Aktivitas ini dilakukan sebelum pelajaran menulis yang sesungguhnya. Anak diberi kebebasan untuk menggambar garis, lingkaran atau bentuk-bentuk lain sesuai dengan imajinasinya. Aktivitas ini dapat merangsang motorik kasar dan motorik halus anak.
2.      Bahan – bahan lain untuk latihan gerakan menulis.
Selain papan tulis, bahan lain juga dapat digunakan untuk latihan menulis misalnya, bak pasir, kertas yang ditempel pada papan. Pada kertas atau bak pasir tersebut anak dapat membuat berbagai macam bentuk geometri, latihan membuat angka dan huruf. Tujuannya sama dengan penggunaan papan tulis yakni melatih motorik halus dan koordinasi mata-tangan.
3.      Posisi
Untuk latihan menulis, anak hendaknya disediakan kursi yang nyaman dan meja yang cukup berat agar tidak mudah goyang. Kedua tangan anak diletakkan di atas meja, tangan yang satu untuk menulis dan tangan yang lain untuk memegang kertas.
4.      Kertas
Posisi kertas untuk menulis sejajar dengan sisi meja, agar kertas tidak bergerak dapat direkatkan menggunakan selotip.
5.      Memegang pensil
Bagi anak yang belum dapat memegang pensil dengan benar, bagian pensil yang harus dipegang dapat dibatasi dengan selotip, pensil dapat dimasukan ke dalam plastic yang berbentuk segitiga dan anak memegang segitiga tersebut. Bagi anak yang belum dapat memegang pensil, latihan dapat dimulai dengan memegang spidol besar, spidol sedang, spidol biasa dan baru kemudian pensil.
6.      Kertas Stensil dan Karbon
Anak diberikan kertas stensil yang sudah digambari berbagai bentuk. Letakan kertas polos di atas meja, letakan korban di atasnya, dan kemudian letakkan kertas stensil bergambar di atas korban tersebut, diklip, dan selanjutnya anak diminta untuk mengikuti gambar dengan pensil.
7.      Menjiplak
Buat bentuk atau tulisan dengan warna hitam tebal di atas kertas yang tebal, letakkan di atasnya selembar kertas tipis, dan suruh anak menjiplak bentuk atau tulisan tersebut. Atau menggunakan berbagai gambar bentuk atau tulisan ditulis di transparansi dan ditayangkan ke papan tulis berwarna putih, dan selanjutnya anak diminta menjiplak gambar bentuk atau tulisan tersebut dengan sepidol di atas papan putih. Gambar hendaknya berupa garis-garis tegak lurus (vertikal).
8.      Menggambar di antara dua garis
Anak diberikan selembar kertas bergaris dan anak diminta membuat “jalan” yang mengikuti atau memotong garis-garis tersebut. Selanjutnya, anak diminta menulis berbagai angka dan huruf di antara garis-garis secara cepat.
9.      Titik-titik
Garu membuat dua jenis huruf, huruf yang utuh dan huruf yang terbuat dari titik-titik. Selanjutya, anak diminta untuk menghubungkan titik-titik tersebut menjedi huruf utuh.
10.  Menjiplak dengan semakin dikurangi
Pada mulanya guru menulis huruf utuh dan anak diminta untuk menjiplak huruf tersebut. Lama kelamaan guru yang menulis sebagian besar hingga sebagian kecil huruf tersebut dan anak diminta untuk meneruskan penulisan.
11.  Buku bergaris tiga
Buku bergaris tiga sering disebut juga buku tipis-tebal. Dengan buku bergaris semacam itu, anak dapat berlatih membuat dan meletakkan huruf-huruf secara benar. Garis dapat diberi warna yang mencolok untuk meningkatkan perhatian anak.
12.  Kertas dengan garis pembatas
Anak yang mengalami kesulitan untuk berhenti menulis pada tempat yang telah ditentukan dapat dibantu dengan menggunakan pembatas berupa karton yang diberi “jendela” atau dibatasi dengan selotip. Jendela pada karton hendaknya disesuaikan dengan tinggi huruf, huruf a sama tinggi dengan huruf c, e, i, m, n; huruf b sama tingginya dengan d, h, k, l; dan huruf-huruf yang memotong garis seperti f, g, j, dan p.
13.  Memperhatikan Tingkat Kesulitan Penulisan Huruf
Ada huruf yang mudah dan ada pula huruf yang sulit untuk ditulis. Berbagai huruf yang mudah ditulis adalah m, n, t, i, u, r, s, l, dan e; sedangkan yang sulit adalah x, z, y, j, p, h, k, f, g, dan q. Anak hendaknya diajar menulis dengan huruf-huruf yang lebih mudah, meningkat ke yang lebih sulit, dan baru kemudian gabungan dari keduannya.
14.  Bantuan Verbal
Pada saat anak sedang menulis, guru dapat memberikan bantuan dengan mengucapkan petunjuk seperti “naik”, “turun”, ”belok”, “stop”.
15.  Kata dan kalimat
PSetelah anak mampu menulis huruf-huruf, latihan ditingkatkan dengan menulis kata-kata dan selanjutnya kalimat. Penempatan huruf, ukuran, dan kemiringan hendaknya juga memperoleh perhatian.










Daftar Referensi
Abdurrahman Mulyono. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Aulia Fadhli. 2009. Buku Pintar Kesehatan Anak. Surabaya: Anggrek.

Koswara Deded. 2003. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Berkesulitan Belajar Spesifik. Bandung: Luxma.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LAPORAN PRAKTIKUM PEREDARAN DARAH

P PEREDARAN DARAH        I.             Pendahuluan Latar Belakang Darah adalah komponen yang sangat penting bagi makhluk hidup, ...