BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Menulis bukan hanya menyalin tetapi juga
mengekspresikan pikiran dan perasaan ke dalam lambang-lambang tulisan. Ada banyak definisi
tentang menulis, menurut Lerner (1985:413) menulis adalah menuangkan ide ke
dalam suatu bentuk visual. Tarigan (1986:21) mendefinisikan menulis sebagai
melukiskan lambing-lambang grafis dari bahasa yang dipahami oleh penulisnya
maupun orang lain yang menggunakan bahasa yang sama dengan penulisnya tersebut.
Proses
belajar menulis melibatkan rentang waktu yang panjang. Proses belajar menulis
tidak dapat dilepaskan dengan proses belajar berbicara dan membaca. Dalam
menulis terjadi suatu aktivitas yang didukung oleh beberapa indra, dan anak
harus mampu mentransfer dan mengintegrasikan antara kemampuan visual, auditori,
kinestetis dan berpikir. Sejak awal masuk sekolah anak harus belajar menulis
karena kemampuan ini merupakan prasyarat untuk dapat mengikuti bidang studi
lain. Pada anak-anak,
umumnya kesulitan ini terjadi pada saat anak mulai belajar menulis. Kesulitan
ini tidak tergantung kemampuan lainnya. Seseorang bisa sangat fasih dalam
berbicara dan keterampilan motorik lainnya, tapi mempunyai kesulitan
menulis.Kesulitan dalam menulis biasanya menjadi problem utama dalam rangkaian
gangguan belajar, terutama pada anak yang berada di tingkat SD.
Kesulitan
menulis tidak hanya menimbulkan masalah bagi anak tetapi juga guru. Menurut
Lerner (1985:402), ada beberapa factor yang mempengaruhi kemampuan anak untuk
menulis yakni, motoric, perilaku, persepsi, memori, kemampuan melaksanakan cross modal, penggunaan tangan yang
dominan dan kemampuan memahami instruksi. Anak yang perkembangan motoriknya
belum matang atau mengalami gangguan, akan mengalami kesulitan dalam menulis,
tulisanya tidak jelas, terputus-putus, atau tidak mengikuti garis.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa
yang dimaksud dengan kesulitan menulis (Disgrafia) ?
2.
Apa
yang menjadi penyebab anak mengalami kesulitan menulis (Disgrafia) ?
3.
Bagaimana
ciri-ciri anak yangmengalami kesulitan menulis (Disgrafia) ?
4.
Bagaimana
cara pendampingan yang tepat untuk anak disgrafia ?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui
pengertian kesulitan menulis pada anak (Disgrafia).
2.
Mengetahui
penyebab kesulitan menulis pada anak (Disgrafia).
3.
Mengetahui
ciri-ciri anak yangmengalami kesulitan
menulis (Disgrafia).
4.
Mengetahui
cara pendampingan yang tepat untuk anak disgrafia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kesulitan
Menulis (Disgrafia)
Kesulitan belajar menulis sering disebut juga
Disgrafia (Jordon seperti dikutip oleh Hallahan, Kauffman, & Lloyd,
1985:237). Disgrafia adalah kesulitan khusus dimana
anak-anak tidak bisa menuliskan atau mengekspresikan pikirannya kedalam bentuk
tulisan,karena mereka tidak menyusun kata dengan baik dan
mengkoordinasikan motorik halusnya (tangan) untuk menulis (Aulia
Fadhli:2009). Disgrafia menunjuk
pada adanya ketidakmampuan mengingat cara membuat huruf atau simbol-simbol
matematika. Disgrafia sering dikaitkan dengan kesulitan belajar membaca karena,
kedua jenis kesulitan tersebut saling terkait.
Kesulitan belajar menulis sering disebut juga
disgrafia, sedangkan kesulitan belajar menulis yang berat disebut agrafia.
Disgrafia tidak dapat terlepas dari kesulitan belajar membaca karena kedua
kesulitan tersebut saling terkait satu sama lain (Deded Koswara:2003).
Kesulitan menulis dapat terkait dengan kesulitan
memegang pensil. Menurut (Hornsby, 1984:66) ada 4 cara anak memegang pensil,
yaitu :
1. Sudut
pensil terlalu besar.
2. Sudut
pensil terlalu kecil.
3. Menggenggam
pensil seperti akan meninju.
4. Menyangkutkan
pensil di tangan atau menyeret pensil.
B. Penyebab Kesulitan Menulis (Disgrafia)
Untuk mengidentifikasi kesulitan menulis pada anak
yang mengalami kesulitan belajar dapat diidentifikasi dari beberapa faktor yang
mempengaruhi kemampuan anak menulis diantaranya:
a. Motorik
Anak
yang pekembangan motoriknya belum matang atau mengalami gangguan, akan
mengalami kesulitan dalam menulis, tulisannya tidak jelas, terputus-putus, atau
tidak mengikuti garis.
b. Perilaku
Anak
yang hiperaktif atau yang perhatiannya mudah teralihkan dapat menyebabkan
pekerjaannya terhambat, termasuk pekerjaan menulis. Jika persepsi auditorisnya
yang terganggu mungkin anak akan
mengalami kesulitan untuk menulis kata-kata yang dicapkan oleh guru.
c. Persepsi
Pada
anak yang mengalami persepsi visual, anak cenderung mengalami kesulitan
membedakan bentuk-bentuk huruf yang hamper sama seperti “d dengan b”, “p dengan
q”, h” dengan n”, atau “m dengan w atau n”. gangguan persepsi ini berdampak
langsung pada kesulitan dalam menulis.
d. Memori
Gangguan
memori juga dapat menjadi penyebab terjadinya kesulitan belajar menulis karena
anak tidak mampu mengingat apa yang akan ditulis. Jika gangguan menyangkut
ingatan visual, maka anak akan sult untuk mengingat huruf ataukata, jika
gangguan tersebut menyangkut memori auditori, anak akan mengalami kesulitan
menulis kata-kata yang baru saja diucapkan oleh guru.
e. Penggunaan
tangan yang dominan
Pada
anak yang tangan kirinya lebih dominan atau kidal tulisannya juga sering
terbalik-balik . Pada anak yang dominan tangan kidal sering kali guru tidak
mengoptimalkan potensi tangan anak, padahal dalam menulis bagi anak yang
bertangan kidal perlu latihan motorik
membiasakan gaya menulisnya yang berbeda dengan kebiasaan anak yang
bertangan kanan.
f. Kemampuan
memahami instruksi
Ketidak
mampuan memahami instruksi dapat menyebabkan anak sering keliru menulis kata-kata
yang sesuai dengan perintah guru. Ini biasanya ditemukan guru saat anak diminta
menulis kata-kata yang diucapkan gurunya.
C. Ciri
– ciri Disgrafia
Dalam buku Buku
Pintar Kesehatan Anak (Aulia Fadhli:2009) ada beberapa ciri khusus dari anak disgrafia,
antara lain :
1. Terdapat ketidak
konsistenan bentuk huruf dalam tulisannya.
2. Saat menulis,
penggunaan huruf besar dan huruf kecil masih tercampur.
3. Ukuran dan bentuk
huruf dalam tulisannya tidak proporsional.
4. Anak tampak harus
berusaha keras saat mengkomunikasikan suatu ide, pengetahuan, atau pemahamannya
lewat tulisan.
5. Sulit memegang
bolpoin maupun pensil dengan mantap. Caranya memegang alat tulis
seringkali
terlalu dekat bahkan hampir menempel dengan kertas.
6. Berbicara pada diri
sendiri ketika sedang menulis, atau malah terlalu memperhatikan
tangan yang
dipakai untuk menulis.
7. Cara menulis tidak
konsisten, tidak mengikuti alur garis yang tepat dan proporsional.
8. Tetap mengalami
kesulitan meskipun hanya diminta menyalin contoh tulisan yang sudah disiapkan
oleh guru.
D. Cara
Pendampingan
Ada
15 macam cara pendampingan untuk anak kesulitan menulis menurut Lerner
(1988:422), pendampingan ini adalah:
1. Aktivitas
Menggunakan Papan Tulis
Aktivitas ini dilakukan
sebelum pelajaran menulis yang sesungguhnya. Anak diberi kebebasan untuk
menggambar garis, lingkaran atau bentuk-bentuk lain sesuai dengan imajinasinya.
Aktivitas ini dapat merangsang motorik kasar dan motorik halus anak.
2. Bahan
– bahan lain untuk latihan gerakan menulis.
Selain papan tulis,
bahan lain juga dapat digunakan untuk latihan menulis misalnya, bak pasir,
kertas yang ditempel pada papan. Pada kertas atau bak pasir tersebut anak dapat
membuat berbagai macam bentuk geometri, latihan membuat angka dan huruf. Tujuannya
sama dengan penggunaan papan tulis yakni melatih motorik halus dan koordinasi
mata-tangan.
3. Posisi
Untuk latihan menulis,
anak hendaknya disediakan kursi yang nyaman dan meja yang cukup berat agar
tidak mudah goyang. Kedua tangan anak diletakkan di atas meja, tangan yang satu
untuk menulis dan tangan yang lain untuk memegang kertas.
4. Kertas
Posisi kertas untuk
menulis sejajar dengan sisi meja, agar kertas tidak bergerak dapat direkatkan
menggunakan selotip.
5. Memegang
pensil
Bagi anak yang belum dapat
memegang pensil dengan benar, bagian pensil yang harus dipegang dapat dibatasi
dengan selotip, pensil dapat dimasukan ke dalam plastic yang berbentuk segitiga
dan anak memegang segitiga tersebut. Bagi anak yang belum dapat memegang
pensil, latihan dapat dimulai dengan memegang spidol besar, spidol sedang,
spidol biasa dan baru kemudian pensil.
6. Kertas
Stensil dan Karbon
Anak diberikan kertas
stensil yang sudah digambari berbagai bentuk. Letakan kertas polos di atas
meja, letakan korban di atasnya, dan kemudian letakkan kertas stensil bergambar
di atas korban tersebut, diklip, dan selanjutnya anak diminta untuk mengikuti
gambar dengan pensil.
7. Menjiplak
Buat bentuk atau
tulisan dengan warna hitam tebal di atas kertas yang tebal, letakkan di atasnya
selembar kertas tipis, dan suruh anak menjiplak bentuk atau tulisan tersebut.
Atau menggunakan berbagai gambar bentuk atau tulisan ditulis di transparansi
dan ditayangkan ke papan tulis berwarna putih, dan selanjutnya anak diminta
menjiplak gambar bentuk atau tulisan tersebut dengan sepidol di atas papan
putih. Gambar hendaknya berupa garis-garis tegak lurus (vertikal).
8. Menggambar
di antara dua garis
Anak diberikan selembar
kertas bergaris dan anak diminta membuat “jalan” yang mengikuti atau memotong
garis-garis tersebut. Selanjutnya, anak diminta menulis berbagai angka dan
huruf di antara garis-garis secara cepat.
9. Titik-titik
Garu membuat dua jenis
huruf, huruf yang utuh dan huruf yang terbuat dari titik-titik. Selanjutya,
anak diminta untuk menghubungkan titik-titik tersebut menjedi huruf utuh.
10. Menjiplak
dengan semakin dikurangi
Pada mulanya guru
menulis huruf utuh dan anak diminta untuk menjiplak huruf tersebut. Lama
kelamaan guru yang menulis sebagian besar hingga sebagian kecil huruf tersebut
dan anak diminta untuk meneruskan penulisan.
11. Buku
bergaris tiga
Buku bergaris tiga
sering disebut juga buku tipis-tebal. Dengan buku bergaris semacam itu, anak
dapat berlatih membuat dan meletakkan huruf-huruf secara benar. Garis dapat
diberi warna yang mencolok untuk meningkatkan perhatian anak.
12. Kertas
dengan garis pembatas
Anak yang mengalami
kesulitan untuk berhenti menulis pada tempat yang telah ditentukan dapat
dibantu dengan menggunakan pembatas berupa karton yang diberi “jendela” atau
dibatasi dengan selotip. Jendela pada karton hendaknya disesuaikan dengan
tinggi huruf, huruf a sama tinggi dengan huruf c, e, i, m, n; huruf b sama
tingginya dengan d, h, k, l; dan huruf-huruf yang memotong garis seperti f, g,
j, dan p.
13. Memperhatikan
Tingkat Kesulitan Penulisan Huruf
Ada huruf yang mudah
dan ada pula huruf yang sulit untuk ditulis. Berbagai huruf yang mudah ditulis
adalah m, n, t, i, u, r, s, l, dan e; sedangkan yang sulit adalah x, z, y, j,
p, h, k, f, g, dan q. Anak hendaknya diajar menulis dengan huruf-huruf yang
lebih mudah, meningkat ke yang lebih sulit, dan baru kemudian gabungan dari
keduannya.
14. Bantuan
Verbal
Pada saat anak sedang
menulis, guru dapat memberikan bantuan dengan mengucapkan petunjuk seperti
“naik”, “turun”, ”belok”, “stop”.
15. Kata
dan kalimat
PSetelah anak mampu
menulis huruf-huruf, latihan ditingkatkan dengan menulis kata-kata dan
selanjutnya kalimat. Penempatan huruf, ukuran, dan kemiringan hendaknya juga
memperoleh perhatian.
Daftar
Referensi
Abdurrahman Mulyono.
2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan
Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Aulia
Fadhli. 2009. Buku Pintar Kesehatan Anak.
Surabaya: Anggrek.
Koswara
Deded. 2003. Pendidikan Anak Berkebutuhan
Khusus Berkesulitan Belajar Spesifik. Bandung: Luxma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar