Anak-anak
dengan kesulitan belajar menampilkan ciri-ciri yang beragam, tidak ada individu
yang menampilkan semua ciri kesulitan belajar. Karenanya, penting bagi tenaga
pendidik atau orang tua untuk memahami ciri-ciri utama yang paling sering
muncul dari suatu jenis kesulitan belajar,untuk membantu identifikasi gangguan
nantinya.
Selain
ciri-ciri berupa kemampuan akademis ataupun ketrampilan lain yang dapat
terlihat, sebagaian besar anak dengan kesulitan belajar juga menampilkan ciri
sosial-emosional berupa kepercayaan diri yang rendah, terutama jika harus
menampilkan kemampuan dibidang yang menjadi kesulitannya. Hal ini pula yang tak
jarang membuat mereka menjadi kurang terbuka dalam bergaul atau menjalin hubungan interpersonal.
Secara
khusus diusia pra-sekolah hingga sekolah dasar anak dengan kesulitan berhitung
menampilkan kesulitan dalam memahami hubungan antara simbol angka dan jumlah
objek, belajar membilang dan menghitung sederhana, mengatur objek dalam waktu
yang logis, mempelajari dan mengingat penambahan atau pengurangan sederhana.
Sedangkan
diusia sekolah, anak dapat dicurigai mengalami kesulitan menghitung jika
setidaknya selama 6 bulan anak menampilkan kesulitan untuk memahami hubungan
antara simbol angka dan jumlah objek, menghitung dan membilang dengan cepat,
mengingat fakta-fakta matematika dasar, mempelajari strategi menghitung,
mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dalam matematika.
Berbagai
karakteristik diatas dapat menjadi perhatian guru untuk memberikan penanganan,
berupa assement baik oleh guru maupun pihak-pihak terkait. Karena jika tidak
mendapatkan penanganan maka cenderung akan berdampak pada berbagai aspek
perkembangan anak pada jenjang berikutnya.
Dari observasi yang kami lakukan di SD Kanisius Sang Timur,kami
menemukan seorang anak yang menurut kami mengalami Diskalkulia.
Kami
melakukan observasi di SD Inklusi yaitu SD Kanisius Sang Timur. Kami memilih
kelas 1B sebagai objek observasi kami. Di kelas 1B kami melihat seorang anak
yang menurut kami anak itu mengalami Diskalkulia
atau kesulitan dalam menghitung. Anak itu bernama Karelian Rayka, yang biasa di
panggil oleh teman-temannya dengan nama Karel. Karel berumur 7 tahun, dia juga
gemar bernyanyi dan paling senang dengan segala hal yang berbau musik atau
lagu.
1. Penyebab
seseorang mengalami Diskalkulia :
Diskalkulia
atau yang sering disebut dengan kesulitan belajar matematika. Istilah Diskalkulia memiliki konotasi yang
memandang adanya keterkaitan dengan gangguan system syaraf pusat. Diskalkulia
berhubungan dengan kekurangan di dalam belajar matematika. Masalah yang
dihadapi mencakup kesulitan untuk mengerti dan mengingan konsep angka dan
hubungan angka, kesulitan dalam belajar dan menerapkan pemahaman masalah kata.
Diskalkulia bersifat perkembangan, artinya siswa selalu mengalami kesulitan
dalam mata pelajaran tersebut.
Penyebab
seseorang mengalami Diskalkulia biasanya karena adanya saraf-saraf yang tidak
berfungsi dengan baik.
Dari
observasi yang kami lakukan kami melihat tingkah laku Karel dan memperoleh
informasi dari guru Karel. Maka inilah penyebab yang dapat kami temukan dari
Karel, yang kami peroleh dari informasi gurunya. Melihat dari kehidupan Karel
yang hidup terpisah dari orangtua kandungnya dan diabdosi oleh Pamannya yang
sekarang menjadi Ayah bagi Karel, mungkin yang membuat mereka tidak benar-benar
mengetahui karakter Karel. Sedari kecil perkembangan Karel lebih lambat
daripada anak-anak seusianya. Bahkan saat TK Karel sudah menempati sekolah
khusus untuk anak yang berkebutuhan khusus. Bisa jadi hal ini keturuan atau
mungkin memang sudah terjadi sejak Karel dilahirkan. Dan menurut cerita dari
guru Karel, Karel itu paling takut dengan Ayahnya (Pamannya bukan Ayah
biologisnya). Mungkin karena sikap Ayahnya yang kasar sehingga membuat Karel
takut. Bahkan saat berhadapan dengan teman-temanya maupun gurunya Karel tidak
pernah menghargai keberadaan mereka (masa bodo dengan orang lain) tapi hal ini
tidak berlaku bagi Ayahnya. Ketika Karel bersama Ayahnya maka Karel akan
bersikap tenang, namun Nampak dalam wajahnya raut ketakutan.
Ciri-ciri
Seseorang yang mengalami Diskalkulia
Melihat
dari tingkah laku Karel kami dapat mengetahui ciri-ciri yang ditampilkan oleh
Karel yaitu :
1) Karel
tidak dapat menuliskan atau menjawab pertanyaan dari guru seperti, bentuk
panjang dari 12. Dimana seharusnya ditulis 10 + 2 namun Karel justru menjawab 1
+ 2 dan dibelakang jawabanya itu Karel menuliskan “MACQUEEN nama tokoh cartoon
yang ada di film CARS2” secara berulang kali. Hal ini sama dengan Film TAARE
ZAMEEN PHYAR yang pernah kami tonton sebelumnya, dimana imajinasi Ihsan
ditampilkan ketika Ia diminta untuk
mengerjakan soal matematika oleh gurunya. Kami mengaitkan kisah Karel
sama dengan kisah Ihsan hanya saja Karel menggunakan nama tokoh dari film yang
paling dia sukai. Padahal jika dilihat dari usia Karel sekarng seharusnya dia
sudah dapat menghitung secara benar seperti teman-teman seusiannya.
2) Seseorang
yang mengalami Diskalkulia akan sulit membedakan tanda hitung seperti
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Serta tanda lebih dari
kurang dari dan sama dengan.
3) Selanjutnya
seseorang yang mengalami Diskalkulia sering salah membilang dengan urut.
Seperti halnya Karel, dia selalu duduk paling belakang ketika gurunya meminta
para siswa untuk duduk secara urut. Tujuan dari ini adalah agar saat Karel
kebingungan maka tidak akan mengganggu teman-teman yang lainnya. Karena Karel
susah untuk membilang secara urut.
4) Tidak
ada kontak mata atau tidak dapat focus. Hal ini dapat dilihat dari tingkah laku
Karel yang malah sibuk dengan dunianya sendiri ketika gurunya memanggil
namanya. Tapi Karel justru sibuk menganggap tembok disampingnya sebagai tablet,
yang akhirnya membuat Karel terlena dengan dunia khayalannya sehingga tidak
menghiraukan panggilan dari gurunya.
5) Seseorang
yang mengalami Diskalkulia akan sulit untuk mengoperasikan bilangan atau
hitungan.
Menurut
Learner dalam SPM PPS UPI ( 2010:19 ) menjelaskan karakteristik anak yang
kesulitan belajar Matematika, yaitu :
1. Adanya
gangguan dalam hubungan keruangan yaitu, pemahaman akan batas bawah-atas,
jauh-dekat, kiri-kanan, depan-belakang. Ketidakmampuan ini berdampak pada tidak
bisanya memahami system bilangan secara keseluruhan, seperti jarak antar angka
pada garis bilangan.
2. Adanya
gangguan pada persepsi visual yaitu, melihat berbagai objek dalam hubungannya
dengan set atau kelompok, diskriminasi bentuk dan juga simbol. Gangguan ini
dapat menimbulkan kesulitan dalam belajar matematika.
3. Asossiasi
visual motor yaitu, anak berkesulitan belajar matematika sering mengalami
kesulitan dalam menghitung secara berurutan sambil menyebutkan bilangannya.
4. Perseverasi
yaitu, perhatian yang terlalu lama dalam suatu objek. Apabila pembelajaran
dilakukan dengan menggunakan benda konkrit, anak lebih tertarik pada benda
daripada symbol atau bilangan.
5. Kesulitan
mengenal dan memahami symbol yaitu, anak berkesulitan belajar matematika sering
mengalami kesulitan dalam mengenal dan menggunakan symbol-simbol matematika
seperti +, -, =, <, > dsb. Kesulitan semacam ini dapat disebabkan oleh
adanya gangguan memori tetapi juga disebabkan oleh adanya gangguan persepsi
visual.
6. Gangguan
penghayatan tubuh yaitu, anak yang mengalami gangguan penghayatan tubuh merasa
sulit untuk memahami hubungan bagian-bagian dari tubuhnya sendiri. Untuk
mengetahui maslah penghayatan tubuh ini guru dapat menugaskan anak untuk
menggambar.
7. Kesulitan
dalam bahasa dan membaca yaitu, umumnya dialami anak ketika harus memahami
penjelasan guru secara lisan. Oleh karena itu, anak yang mengalami kesulitan
membaca akan mengalami kesulitan pula dalam memecahkan soal matematika yang
berbentuk cerita tertulis.
Kekeliruan
umum yang dilakukan anak berkesulitan belajar matematika
a. Kekurangan
pemahaman tentang symbol, anak akan mengalami kesulitan jika dihadapkan pada
soal seperti( 4+….= 7), (8=…+5), ( …+3=6). Kesulitan semacam ini umumnya karena
anak tidak memahami symbol-simbol, maka dari itu mereka harus lebih dahulu
memahami symbol-simbol tersebut
b. Nilai
tempat yaitu, anak belum memahami nilai tempat seperti satuan, puluhan,
ratusan, dsb. Hal ini akan mempersulit anak jika dihadapkan pada lambang
bilangan basis bukan sepuluh. Anak yang mengalami
kekeliruan semacam itu dapat juga karena lupa cara menghitung persoalan penjumlahan
bersusun kebawah.
c. Penggunaan
proses yang keliru
d. Perhitungan
Ada anak yang belum
mengenal dengan baik konsep perkalian tetapi mencoba menghafal perkalian
tersebut. Hal ini dapat menimbulkan kekeliruan jika hafalannya salah. Daftar
perkalian mungkin dapat membantu memperbaiki kekeliruan anak jika anak telah
memahami konsep perkalian.
e. Tulisan
yang tidak dapat dibaca
Ada anak yang tidak
dapat membaca tulisannya sendiri karena bentuk-bentuk hurufnya tidak tepat atau
tidak lurus mengikuti garis. Akibatnya, anak banyak mengalami kekeliruan karena
tidak mampu lagi membaca tulisannya sendiri.
Pendampingan
yang diberikan gurunya untuk Karel adalah :
1) Untuk
pertama kali gurunya melakukan pengamatan. Disini guru kelasnya selalu
mengamati apa saja atau bagaimana tingkah laku Karel di dalam kelas selama
kegiatan pembelajaran, selain itu gurunya juga melakukan pendekatan secara
perlahan.
2) Selanjutnya
guru Karel juga mengadakan pertemuan dengan orangtua Karel dengan tujuan agar
para orangtua dapat mengetahui apa saja yang dilakukan olah anak-naknya selama
di sekolah.
3) Guru
kelas Karel juga mengatur tempat duduk Karel dalam kelas. Gurunya selalu
menempatan Karel dibelakang, hali ini dilakukan karena Karel selalu menganggu
temanya ketika Ia duduk didepan, bukan hanya itu namun juga melakukan hal-hal
sesukanya sendiri yang dapat mengganggu ketenangan pembelajaran.
4) Guru
kelas Karel juga selalu membawa Karel pada situasi yang sesungguhnya. Seperti,
dikarenakan Karel yang selalu kurang focus mengakibatkan Ia selalu menyimpang
dari kegiatan yang mereka lakukan. Maka gurunya selalu membawa Karel pada
situasi sesungguhnya saat pembelajaran.
5) Gurunya
juga menggunakan metode pembelajaran dengan berbagai lagu yang sesuai dengan
materi pembelajaran yang akan disampaikan. Hal ini dilakukannya untuk menarik
perhatian Karel, karena Karel sangat senang dengan hal-hal yang berkaitan
dengan lagu.
6) Untuk
meningkatkan konsentrasi Karel, gurunya selalu menggunakan kata-kata pujian
seperti “Karel itu anak hebat” bukan hanya itu saja gurunya juga menggunakan
banyak media pembelajaran dengan penuh warna agar mampu memancing tingkat
konsentrasi Karel.
7) Menyiapkan
anak untuk belajar matematika
Dalam belajar
matematika seorang anak membutuhkan kesiapan perkembangan secara umum dan
kesiapan jumlah konseptual. Untuk membantu kesiapan perkembangan secara umum
dan kesipan konseptual ini guru dapat menyiapkan anak melalui kegiatan
pembelajaran berikut;Anak diajarkan mengelompokkan benda-benda menurut
sifatnya, misalnya anak diberi beberapa macam benda kemudian mengelompokkan
benda-benda tersebut berdasarkan kesamaan sifatnya, atau anak mengamati gambar
kemudian mengelompokkan gambar-gambar yang sama. Pada pembelajaran di Pra
sekolah, kegiatan pembelajaran dilakukan dengan mengelompokkan bangun-bangu
geometri yang terbuat dari balok-balik kayu atau plastik.
Mengenal jumlah anggota
kelompok benda, pembelajaran dilakukan berdasarkan benda-benda yang telah
dikelompokkan pada tahap pertama menghitung benda-benda yang telah
dikelompokkan pada tahap kedua kemudian anak diminta menghitung benda-benda
tersebut.
8) Pembelajaran
dimulai dari yang konkrit menuju yang abstrak. Anak atau siswa akan lebih mudah
jika pembelajarannya dilakukan melalui tahap konkrit, semi konkrit, dan
abstrak. Misalnya, anak pada tahap konkrit diberikan beberapa macam balok
dengan warna dan ukuran. Kemudian beri kesempatan anak untuk mengamati dan
meraba, kemudian beri kesempatan anak untuk memindahkan balo-balok tersebut
dengan mengelompokkan berdasarkan warna atau bentuk. Menghitung jumlah balok
dalam satu kelompok , menjumlahkan dua kelompok balok dengan menghitungnya.
Pada tahap semi konkrit, pada tahap ini benda yang telah diajatkan pada tahap
konkrit diganti dengan gambar. Pada tahap abstrak angka menggantikan gambar
yang digunakan pada tahap semi konkrit.
9) Menyediakan
kesempatan untuk berlatih dan mengulang. Untuk mengembangkan kemampuan anak
harus dilatih dan dilakukan pengulangan materi, latihan yang diberikan guru
harus lebih terarah dan terfokus pada penyelesaian kesulitan belajar anak.
Misalnya, bila anak belum dapat membilang dan mengetahui konsep bilangan fokus
latihan anak adalah membilang dengan bantuan benda.
10) Generalisasi
ke situasi baru, tujuannya agar anak memperoleh pengetahuan dan keterampilan
untuk mengaplikasikan pengetahuannya terhadap situasi yang berbeda-beda.
Misalnya, seorang anak yang telah mampu melakukan operasi penjumlahan dapat
dilatih dengan soal cerita yang dibuat guru.
11) Menyadari
kekuatan dan kelemahan anak, dalam membantu anak berkesulitan belajar
matematika berdasarkan identifikasi dan asesmen yang telah dilakukan guru
mengetahui kekuatan dan kelemahan dari siswa. Berdasarkan hasil kesimpulan
asesmen seorang guru dapat menganalisis lebih jauh tentang kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki siswa.
12) Membangun
konsep dan keterampilan matematika, kegagalan pembelajaran matematika
seringkali disebabkan oleh lemahnya konsep dan keterampilan anak untuk membantu
anak berkesulitan belajar matematika guru dapat merubah strategi pembelajaran
yang dilakukan.
13) Menyajikan
program matematika yang seimbang, pada umumnya disebabkan karena
ketidakseimbangan antara penguasaan konsep, keterampilan, dan pemecahan
masalah. Hal tersebut berdampak pada kesulitan saat anak mengikuti
pembelajaran.
14) Pengguanaan
kalkulator, dapat digunakan untuk anak berkesulitan belajar setelah siswa
memiliki keterampilan kalkulasi. Kalkulator digunakan hanya untuk meringankan
anak dalam memahami konsep matematika yang mendasari sebuah perhitungan.
Kesimpulan
:
Setelah
melakukan kegiatan observasi di Sekolah Inklusi SD Kanisius Sang Timur kami
memperoleh banyak informasi dan pembelajaran baru yaitu :
1. Kami
dapat mengetahui penyebab yang membuat seseorang dinyatakan sebagai penderita
ganguan diskalkulia, melalu tingkah
laku dari Karel dan kebiasaan Karel dalam pembelajaran serta kehidupan Karel
yang diasuh oleh Pamannya dan sekarang jauh dengan orangtua biologisnya. Serta
adanya tertekan yang dirasakan oleh Karel atas sikap Ayahnya sekarang, ditambah
dengan pendidikannya yang sudah dimulai dengan TK khusus untuk anak-anak
berkebutuhan khusus. Dari semua itu kami dapat mengetahui beberapa penyebab yang
menjadikan seseorang disebut sebagai penderita diskalkulia.
2. Bukan
hanya penyebab saja yang kami ketahui namun kami juga dapat mengetahui
ciri-ciri seorang yang mengalami diskalkulia
melalui ciri-ciri Karel yang kami ketahui dari informasi yang diberikan oleh
guru kelas Karel, seperti susah membedakan simbol-simbol operasi hitung, susah
untuk membilang secara urut, serta sulit untuk melakukan operasi hitung, bukan
hanya itu saja namun juga kurangnya tingkat konsentrasi, suka bersikap semaunya
sendiri, dan lebih sering berkhayal atau asik dengan dunia mereka sendiri.
3. Dari
observasi ini kami juga mengetahui bahwa gangguan yang diderita Karel sudah
sangat berat sehingga guru Karel pun menyarankan agar Karel sekolah di SLB,
namun orantua Karel tidak setuju, padahal sewaktu TK Karel sudah belajar di
sekolah khusus untuk anak-anak berkebutuhan khusus maka akan lebih baik dari
segi bimbingannya karena guru-guru disana lebih tahu cara yang tepat unutuk
membimbing Karel.
4. Dari
observasi ini juga guru kelas Karel memberikan kami informasi yang dapat
dilakukan untuk membimbing Karel agar mampu berfikir seperti teman seusianya,
mulai dari pengamatan atau pendekatan, mendiskusikan dengan orangtua, melakukan
strategi yang baik untuk mengatur tempat duduk di kelas, menggunakan media
pembelajaran semenarik mungkin, serta lebih mengajar menggunakan hal-hal yang
disukai atau digemari seperti menggunakan lagu-lagu karena Karel sangat senang
dengan lagu dan bernyanyi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Purwanto,
Heri, dkk. 2013. Dokumen Kerja Berkenalan
Dengan Kesulitan Belajar
Spesifik”.
Jakarta : Helen Keller Internasional Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar