Senin, 25 Mei 2015


Anak-anak dengan kesulitan belajar menampilkan ciri-ciri yang beragam, tidak ada individu yang menampilkan semua ciri kesulitan belajar. Karenanya, penting bagi tenaga pendidik atau orang tua untuk memahami ciri-ciri utama yang paling sering muncul dari suatu jenis kesulitan belajar,untuk membantu identifikasi gangguan nantinya.
Selain ciri-ciri berupa kemampuan akademis ataupun ketrampilan lain yang dapat terlihat, sebagaian besar anak dengan kesulitan belajar juga menampilkan ciri sosial-emosional berupa kepercayaan diri yang rendah, terutama jika harus menampilkan kemampuan dibidang yang menjadi kesulitannya. Hal ini pula yang tak jarang membuat mereka menjadi kurang terbuka dalam bergaul  atau  menjalin hubungan interpersonal.
Secara khusus diusia pra-sekolah hingga sekolah dasar anak dengan kesulitan berhitung menampilkan kesulitan dalam memahami hubungan antara simbol angka dan jumlah objek, belajar membilang dan menghitung sederhana, mengatur objek dalam waktu yang logis, mempelajari dan mengingat penambahan atau pengurangan sederhana.
Sedangkan diusia sekolah, anak dapat dicurigai mengalami kesulitan menghitung jika setidaknya selama 6 bulan anak menampilkan kesulitan untuk memahami hubungan antara simbol angka dan jumlah objek, menghitung dan membilang dengan cepat, mengingat fakta-fakta matematika dasar, mempelajari strategi menghitung, mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dalam matematika.
Berbagai karakteristik diatas dapat menjadi perhatian guru untuk memberikan penanganan, berupa assement baik oleh guru maupun pihak-pihak terkait. Karena jika tidak mendapatkan penanganan maka cenderung akan berdampak pada berbagai aspek perkembangan anak pada jenjang berikutnya.  Dari observasi yang kami lakukan di SD Kanisius Sang Timur,kami menemukan seorang anak yang menurut kami mengalami Diskalkulia.

Kami melakukan observasi di SD Inklusi yaitu SD Kanisius Sang Timur. Kami memilih kelas 1B sebagai objek observasi kami. Di kelas 1B kami melihat seorang anak yang menurut kami anak itu mengalami Diskalkulia atau kesulitan dalam menghitung. Anak itu bernama Karelian Rayka, yang biasa di panggil oleh teman-temannya dengan nama Karel. Karel berumur 7 tahun, dia juga gemar bernyanyi dan paling senang dengan segala hal yang berbau musik atau lagu.  
1.      Penyebab seseorang mengalami Diskalkulia :
Diskalkulia atau yang sering disebut dengan kesulitan belajar matematika. Istilah Diskalkulia memiliki konotasi yang memandang adanya keterkaitan dengan gangguan system syaraf pusat. Diskalkulia berhubungan dengan kekurangan di dalam belajar matematika. Masalah yang dihadapi mencakup kesulitan untuk mengerti dan mengingan konsep angka dan hubungan angka, kesulitan dalam belajar dan menerapkan pemahaman masalah kata. Diskalkulia bersifat perkembangan, artinya siswa selalu mengalami kesulitan dalam mata pelajaran tersebut.
Penyebab seseorang mengalami Diskalkulia biasanya karena adanya saraf-saraf yang tidak berfungsi dengan baik.  
Dari observasi yang kami lakukan kami melihat tingkah laku Karel dan memperoleh informasi dari guru Karel. Maka inilah penyebab yang dapat kami temukan dari Karel, yang kami peroleh dari informasi gurunya. Melihat dari kehidupan Karel yang hidup terpisah dari orangtua kandungnya dan diabdosi oleh Pamannya yang sekarang menjadi Ayah bagi Karel, mungkin yang membuat mereka tidak benar-benar mengetahui karakter Karel. Sedari kecil perkembangan Karel lebih lambat daripada anak-anak seusianya. Bahkan saat TK Karel sudah menempati sekolah khusus untuk anak yang berkebutuhan khusus. Bisa jadi hal ini keturuan atau mungkin memang sudah terjadi sejak Karel dilahirkan. Dan menurut cerita dari guru Karel, Karel itu paling takut dengan Ayahnya (Pamannya bukan Ayah biologisnya). Mungkin karena sikap Ayahnya yang kasar sehingga membuat Karel takut. Bahkan saat berhadapan dengan teman-temanya maupun gurunya Karel tidak pernah menghargai keberadaan mereka (masa bodo dengan orang lain) tapi hal ini tidak berlaku bagi Ayahnya. Ketika Karel bersama Ayahnya maka Karel akan bersikap tenang, namun Nampak dalam wajahnya raut ketakutan.

Ciri-ciri Seseorang yang mengalami Diskalkulia
Melihat dari tingkah laku Karel kami dapat mengetahui ciri-ciri yang ditampilkan oleh Karel yaitu :

1)      Karel tidak dapat menuliskan atau menjawab pertanyaan dari guru seperti, bentuk panjang dari 12. Dimana seharusnya ditulis 10 + 2 namun Karel justru menjawab 1 + 2 dan dibelakang jawabanya itu Karel menuliskan “MACQUEEN nama tokoh cartoon yang ada di film CARS2” secara berulang kali. Hal ini sama dengan Film TAARE ZAMEEN PHYAR yang pernah kami tonton sebelumnya, dimana imajinasi Ihsan ditampilkan ketika Ia diminta untuk  mengerjakan soal matematika oleh gurunya. Kami mengaitkan kisah Karel sama dengan kisah Ihsan hanya saja Karel menggunakan nama tokoh dari film yang paling dia sukai. Padahal jika dilihat dari usia Karel sekarng seharusnya dia sudah dapat menghitung secara benar seperti teman-teman seusiannya.
2)      Seseorang yang mengalami Diskalkulia akan sulit membedakan tanda hitung seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Serta tanda lebih dari kurang dari dan sama dengan.
3)      Selanjutnya seseorang yang mengalami Diskalkulia sering salah membilang dengan urut. Seperti halnya Karel, dia selalu duduk paling belakang ketika gurunya meminta para siswa untuk duduk secara urut. Tujuan dari ini adalah agar saat Karel kebingungan maka tidak akan mengganggu teman-teman yang lainnya. Karena Karel susah untuk membilang secara urut.
4)      Tidak ada kontak mata atau tidak dapat focus. Hal ini dapat dilihat dari tingkah laku Karel yang malah sibuk dengan dunianya sendiri ketika gurunya memanggil namanya. Tapi Karel justru sibuk menganggap tembok disampingnya sebagai tablet, yang akhirnya membuat Karel terlena dengan dunia khayalannya sehingga tidak menghiraukan panggilan dari gurunya.
5)      Seseorang yang mengalami Diskalkulia akan sulit untuk mengoperasikan bilangan atau hitungan.
Menurut Learner dalam SPM PPS UPI ( 2010:19 ) menjelaskan karakteristik anak yang kesulitan belajar Matematika, yaitu :
1.   Adanya gangguan dalam hubungan keruangan yaitu, pemahaman akan batas bawah-atas, jauh-dekat, kiri-kanan, depan-belakang. Ketidakmampuan ini berdampak pada tidak bisanya memahami system bilangan secara keseluruhan, seperti jarak antar angka pada garis bilangan.
2.   Adanya gangguan pada persepsi visual yaitu, melihat berbagai objek dalam hubungannya dengan set atau kelompok, diskriminasi bentuk dan juga simbol. Gangguan ini dapat menimbulkan kesulitan dalam belajar matematika.
3.   Asossiasi visual motor yaitu, anak berkesulitan belajar matematika sering mengalami kesulitan dalam menghitung secara berurutan sambil menyebutkan bilangannya.
4.   Perseverasi yaitu, perhatian yang terlalu lama dalam suatu objek. Apabila pembelajaran dilakukan dengan menggunakan benda konkrit, anak lebih tertarik pada benda daripada symbol atau bilangan.
5.   Kesulitan mengenal dan memahami symbol yaitu, anak berkesulitan belajar matematika sering mengalami kesulitan dalam mengenal dan menggunakan symbol-simbol matematika seperti +, -, =, <, > dsb. Kesulitan semacam ini dapat disebabkan oleh adanya gangguan memori tetapi juga disebabkan oleh adanya gangguan persepsi visual.
6.   Gangguan penghayatan tubuh yaitu, anak yang mengalami gangguan penghayatan tubuh merasa sulit untuk memahami hubungan bagian-bagian dari tubuhnya sendiri. Untuk mengetahui maslah penghayatan tubuh ini guru dapat menugaskan anak untuk menggambar.
7.   Kesulitan dalam bahasa dan membaca yaitu, umumnya dialami anak ketika harus memahami penjelasan guru secara lisan. Oleh karena itu, anak yang mengalami kesulitan membaca akan mengalami kesulitan pula dalam memecahkan soal matematika yang berbentuk cerita tertulis.

 Kekeliruan umum yang dilakukan anak berkesulitan belajar matematika
a.       Kekurangan pemahaman tentang symbol, anak akan mengalami kesulitan jika dihadapkan pada soal seperti( 4+….= 7), (8=…+5), ( …+3=6). Kesulitan semacam ini umumnya karena anak tidak memahami symbol-simbol, maka dari itu mereka harus lebih dahulu memahami symbol-simbol tersebut
b.      Nilai tempat yaitu, anak belum memahami nilai tempat seperti satuan, puluhan, ratusan, dsb. Hal ini akan mempersulit anak jika dihadapkan pada lambang bilangan basis bukan sepuluh. Anak yang mengalami kekeliruan semacam itu dapat juga karena lupa cara menghitung persoalan penjumlahan bersusun kebawah.
c.       Penggunaan proses yang keliru 
d.      Perhitungan
Ada anak yang belum mengenal dengan baik konsep perkalian tetapi mencoba menghafal perkalian tersebut. Hal ini dapat menimbulkan kekeliruan jika hafalannya salah.  Daftar perkalian mungkin dapat membantu memperbaiki kekeliruan anak jika anak telah memahami konsep perkalian.
e.       Tulisan yang tidak dapat dibaca
Ada anak yang tidak dapat membaca tulisannya sendiri karena bentuk-bentuk hurufnya tidak tepat atau tidak lurus mengikuti garis. Akibatnya, anak banyak mengalami kekeliruan karena tidak mampu lagi membaca tulisannya sendiri.

Pendampingan yang diberikan gurunya untuk Karel adalah :
1)      Untuk pertama kali gurunya melakukan pengamatan. Disini guru kelasnya selalu mengamati apa saja atau bagaimana tingkah laku Karel di dalam kelas selama kegiatan pembelajaran, selain itu gurunya juga melakukan pendekatan secara perlahan.
2)      Selanjutnya guru Karel juga mengadakan pertemuan dengan orangtua Karel dengan tujuan agar para orangtua dapat mengetahui apa saja yang dilakukan olah anak-naknya selama di sekolah.
3)      Guru kelas Karel juga mengatur tempat duduk Karel dalam kelas. Gurunya selalu menempatan Karel dibelakang, hali ini dilakukan karena Karel selalu menganggu temanya ketika Ia duduk didepan, bukan hanya itu namun juga melakukan hal-hal sesukanya sendiri yang dapat mengganggu ketenangan pembelajaran.
4)      Guru kelas Karel juga selalu membawa Karel pada situasi yang sesungguhnya. Seperti, dikarenakan Karel yang selalu kurang focus mengakibatkan Ia selalu menyimpang dari kegiatan yang mereka lakukan. Maka gurunya selalu membawa Karel pada situasi sesungguhnya saat pembelajaran.
5)      Gurunya juga menggunakan metode pembelajaran dengan berbagai lagu yang sesuai dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan. Hal ini dilakukannya untuk menarik perhatian Karel, karena Karel sangat senang dengan hal-hal yang berkaitan dengan lagu.
6)      Untuk meningkatkan konsentrasi Karel, gurunya selalu menggunakan kata-kata pujian seperti “Karel itu anak hebat” bukan hanya itu saja gurunya juga menggunakan banyak media pembelajaran dengan penuh warna agar mampu memancing tingkat konsentrasi Karel.
7)      Menyiapkan anak untuk belajar matematika
Dalam belajar matematika seorang anak membutuhkan kesiapan perkembangan secara umum dan kesiapan jumlah konseptual. Untuk membantu kesiapan perkembangan secara umum dan kesipan konseptual ini guru dapat menyiapkan anak melalui kegiatan pembelajaran berikut;Anak diajarkan mengelompokkan benda-benda menurut sifatnya, misalnya anak diberi beberapa macam benda kemudian mengelompokkan benda-benda tersebut berdasarkan kesamaan sifatnya, atau anak mengamati gambar kemudian mengelompokkan gambar-gambar yang sama. Pada pembelajaran di Pra sekolah, kegiatan pembelajaran dilakukan dengan mengelompokkan bangun-bangu geometri yang terbuat dari balok-balik kayu atau plastik.
Mengenal jumlah anggota kelompok benda, pembelajaran dilakukan berdasarkan benda-benda yang telah dikelompokkan pada tahap pertama menghitung benda-benda yang telah dikelompokkan pada tahap kedua kemudian anak diminta menghitung benda-benda tersebut.
8)      Pembelajaran dimulai dari yang konkrit menuju yang abstrak. Anak atau siswa akan lebih mudah jika pembelajarannya dilakukan melalui tahap konkrit, semi konkrit, dan abstrak. Misalnya, anak pada tahap konkrit diberikan beberapa macam balok dengan warna dan ukuran. Kemudian beri kesempatan anak untuk mengamati dan meraba, kemudian beri kesempatan anak untuk memindahkan balo-balok tersebut dengan mengelompokkan berdasarkan warna atau bentuk. Menghitung jumlah balok dalam satu kelompok , menjumlahkan dua kelompok balok dengan menghitungnya. Pada tahap semi konkrit, pada tahap ini benda yang telah diajatkan pada tahap konkrit diganti dengan gambar. Pada tahap abstrak angka menggantikan gambar yang digunakan pada tahap semi konkrit.
9)      Menyediakan kesempatan untuk berlatih dan mengulang. Untuk mengembangkan kemampuan anak harus dilatih dan dilakukan pengulangan materi, latihan yang diberikan guru harus lebih terarah dan terfokus pada penyelesaian kesulitan belajar anak. Misalnya, bila anak belum dapat membilang dan mengetahui konsep bilangan fokus latihan anak adalah membilang dengan bantuan benda.
10)  Generalisasi ke situasi baru, tujuannya agar anak memperoleh pengetahuan dan keterampilan untuk mengaplikasikan pengetahuannya terhadap situasi yang berbeda-beda. Misalnya, seorang anak yang telah mampu melakukan operasi penjumlahan dapat dilatih dengan soal cerita yang dibuat guru.
11)  Menyadari kekuatan dan kelemahan anak, dalam membantu anak berkesulitan belajar matematika berdasarkan identifikasi dan asesmen yang telah dilakukan guru mengetahui kekuatan dan kelemahan dari siswa. Berdasarkan hasil kesimpulan asesmen seorang guru dapat menganalisis lebih jauh tentang kekuatan dan kelemahan yang dimiliki siswa.
12)  Membangun konsep dan keterampilan matematika, kegagalan pembelajaran matematika seringkali disebabkan oleh lemahnya konsep dan keterampilan anak untuk membantu anak berkesulitan belajar matematika guru dapat merubah strategi pembelajaran yang dilakukan.
13)  Menyajikan program matematika yang seimbang, pada umumnya disebabkan karena ketidakseimbangan antara penguasaan konsep, keterampilan, dan pemecahan masalah. Hal tersebut berdampak pada kesulitan saat anak mengikuti pembelajaran.
14)  Pengguanaan kalkulator, dapat digunakan untuk anak berkesulitan belajar setelah siswa memiliki keterampilan kalkulasi. Kalkulator digunakan hanya untuk meringankan anak dalam memahami konsep matematika yang mendasari sebuah perhitungan.

Kesimpulan :
Setelah melakukan kegiatan observasi di Sekolah Inklusi SD Kanisius Sang Timur kami memperoleh banyak informasi dan pembelajaran baru yaitu :
1.      Kami dapat mengetahui penyebab yang membuat seseorang dinyatakan sebagai penderita ganguan diskalkulia, melalu tingkah laku dari Karel dan kebiasaan Karel dalam pembelajaran serta kehidupan Karel yang diasuh oleh Pamannya dan sekarang jauh dengan orangtua biologisnya. Serta adanya tertekan yang dirasakan oleh Karel atas sikap Ayahnya sekarang, ditambah dengan pendidikannya yang sudah dimulai dengan TK khusus untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Dari semua itu kami dapat mengetahui beberapa penyebab yang menjadikan seseorang disebut sebagai penderita diskalkulia.

2.      Bukan hanya penyebab saja yang kami ketahui namun kami juga dapat mengetahui ciri-ciri seorang yang mengalami diskalkulia melalui ciri-ciri Karel yang kami ketahui dari informasi yang diberikan oleh guru kelas Karel, seperti susah membedakan simbol-simbol operasi hitung, susah untuk membilang secara urut, serta sulit untuk melakukan operasi hitung, bukan hanya itu saja namun juga kurangnya tingkat konsentrasi, suka bersikap semaunya sendiri, dan lebih sering berkhayal atau asik dengan dunia mereka sendiri.

3.      Dari observasi ini kami juga mengetahui bahwa gangguan yang diderita Karel sudah sangat berat sehingga guru Karel pun menyarankan agar Karel sekolah di SLB, namun orantua Karel tidak setuju, padahal sewaktu TK Karel sudah belajar di sekolah khusus untuk anak-anak berkebutuhan khusus maka akan lebih baik dari segi bimbingannya karena guru-guru disana lebih tahu cara yang tepat unutuk membimbing Karel.

4.      Dari observasi ini juga guru kelas Karel memberikan kami informasi yang dapat dilakukan untuk membimbing Karel agar mampu berfikir seperti teman seusianya, mulai dari pengamatan atau pendekatan, mendiskusikan dengan orangtua, melakukan strategi yang baik untuk mengatur tempat duduk di kelas, menggunakan media pembelajaran semenarik mungkin, serta lebih mengajar menggunakan hal-hal yang disukai atau digemari seperti menggunakan lagu-lagu karena Karel sangat senang dengan lagu dan bernyanyi.

  
DAFTAR PUSTAKA

1.      Purwanto, Heri, dkk. 2013. Dokumen Kerja Berkenalan Dengan Kesulitan Belajar
Spesifik”. Jakarta : Helen Keller Internasional Indonesia

























Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LAPORAN PRAKTIKUM PEREDARAN DARAH

P PEREDARAN DARAH        I.             Pendahuluan Latar Belakang Darah adalah komponen yang sangat penting bagi makhluk hidup, ...